Tidak seperti kebanyakan pemain sepak bola, isu perpindahan Mbappe ke Real Madrid punya cerita unik. Sang pemain seolah kehilangan daya untuk menentukan nasibnya sendiri.
Memang, Mbappe dikabarkan sudah berkali-kali menolak perpanjangan kontrak dengan PSG.
Petunjuknya semakin jelas bahwa dia hendak pergi ke Real Madrid.
Tapi, kapan? Ini masih belum jelas. Setan sekalipun akan salah memprediksi.
Direktur Olahraga Paris Saint Germain Leonardo menegaskan Mbappe boleh pergi asalkan mengikuti syarat klub.
Paris merasa keberatan atau dikhianati karena telah melakukan segalanya di bursa transfer dalam merekrut pemain berkualitas hanya untuk mendukung keinginan Mbappe bertahan di Paris.
Konon, Mbappe dikabarkan pernah meminta Paris membentuk skuad tangguh sebagai syarat agar dirinya memperpanjang kontrak di PSG.
Namun, apa yang terjadi memang bertolak belakang. Wijnaldum, Hakimi, Donnarumma, Sergio Ramos, bahkan, kedatangan Messi pun tidak menggugah hatinya.
Maka, pernyataan Leonardo bahwa kepergian Mbappe harus mengikuti persyaratan klub ditangkap sebagai pesan negosiasi: Real Madrid harus membayar lebih besar dari penawaran yang ada.
Jika dihitung, Paris merekrut Mbappe dari Monaco seharga 180 juta Euro pada 2018 silam. Barangkali, inilah harga minimum yang harus ditebus Real Madrid supaya bisa mendatangkan Mbappe.
Tapi, tidak ada yang tahu pasti pembicaraan di balik layar antar dua klub.
Nasib Mbappe sekarang ada pada kepentingan Paris dan Madrid. Dan dua-duanya saling mengklaim memiliki Mbappe.
Madrid saat ini boleh dikatakan berada di atas angin.Â
Ada alasan sentimental bahwa Mbappe sejak kecil mengidolakan Real Madrid. Hal yang sama diutarakan jurnalis Fabrizio Romano untuk menguatkan keinginan Mbappe pindah ke Real Madrid.
Masalahnya, Mbappe masih terikat kontrak dengan Paris. Ia harus mematuhi klub.Â
Di sisi lain, Mbappe sebagai pemain berhak untuk bermain di klub manapun yang diinginkannya. Ia punya kemerdekaannya.
Namun, mengapa ia tidak menggunakan kemerdekaannya?
Lagi-lagi, kita dibuat bertanya.
Keriuhan ini sebenarnya sudah berlangsung lama. Rencana perpanjangan kontrak Mbappe telah berjalan sekitar satu tahun terakhir, dan sudah diwanti-wanti dua tahun lalu.
Selama kurun waktu itu, Mbappe masih enggan berkomentar tegas dalam menyatakan keinginannya bertahan di Paris.
Dia memang pemain muda yang ingin mencoba segala hal, jikapun itu sangat berbahaya.
Sialnya, Paris Saint Germain justru takluk untuk menuruti kemauan sang pemain sampai akhirnya klub sekarang masuk ke ujung nadir.
Penutupan jendela transfer tinggal menghitung hari. PSG hanya punya modal sisa kontrak Mbappe. Akan tetapi, amunisi tersebut sangat lemah.
Jika tidak dijual sekarang, maka Mbappe akan berstatus bebas agen musim panas mendatang.
Kesalahan fatal yang dilakukan Paris adalah klub sejak awal terlalu meyakini Mbappe akan bertahan dan terus mengulang klaim yang sama.
Padahal, banyak orang bahkan pendukung klub sendiri menilai peluang Mbappe memperpanjang kontrak sangat kecil.
Karena keyakinan itu, Paris tidak melakukan langkah persiapan untuk mencari pengganti Mbappe di posisi striker murni.Â
Praktis, saat ini hanya ada Icardi dan Kalimuendo yang berposisi sebagai penyerang tengah.
Icardi sekarang harus absen dua pekan akibat cedera, sementara Kalimuendo yang datang dari tim junior masih belum menunjukan keseimbangan yang pas dengan komposisi pemain bintang PSG.
Akar dari ini semua adalah sikap Mbappe yang diam membisu. Dia tidak pernah mengeluarkan pernyataan verbal di tengah prahara dirinya sejak dua bulan terakhir.
Dia memang memposting perasaan senangnya di Paris Saint Germain dalam beberapa kali unggahan di media sosialnya.
Tetapi itu tidak cukup. Teriakan cemooh pendukung Paris kepada Mbappe jelang laga melawan Strasbourg beberapa hari lalu adalah puncak kekecewaan Les Parisien kepada sang pemain.
Sampai hari ini, Mbappe tidak mengatakan sepatah dua kata mengenai rumor kepindahan sekitar dirinya.
Jangan harap ia akan menuliskan pesan tertulis sebagaimana Cristiano Ronaldo lakukan pekan lalu saat dirumorkan kembali ke Real Madrid.
Apakah ia sengaja melakukan ini? Saya pikir tidak.
Mbappe berada dalam situasi buah simalakama.Â
Dia terjebak dalam pertarungan dua klub yang dia sendiri mungkin tidak akan pernah menyangka akan seheboh ini.
Mbappe kehilangan kendali atas nasibnya sendiri. Cerita tentangnya adalah kisah kepentingan dua klub.
Barangkali, cara seperti ini masih aman dilakukan beberapa bulan lalu.
Akan tetapi untuk sekarang, Mbappe harus bersusah payah mencari jawaban atas konsekuensi dirinya yang enggan bersikap tegas selama ini. Sekarang, ia harus berjuang untuk mengambil kemerdekaan dirinya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI