Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ultras Paris yang Setia Dukung Tim Putri PSG, Awal "Jatuh Cintanya" Cukup Unik

6 Juni 2021   01:51 Diperbarui: 6 Juni 2021   02:32 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Collectif Ultras Paris saat mendukung tim putri PSG. (Foto: Twitter/Co_Ultras_Paris) 

Paris Saint-Germain (PSG) Feminin mencatatkan sejarah meraih trofi pertama Liga Prancis divisi wanita atau Divisi 1 Feminine 2020-2021. PSG Feminin menang 3-0 atas Dijon pada pertandingan terakhir musim ini, Sabtu, 5 Juni 2021.

Sepak bola wanita memang jarang menjadi tontonan banyak orang dibanding klub laki-laki. Hal ini yang membuat sepak bola identik dengan laki-laki.

Di stadion, paling banter, penonton yang datang menyaksikan pertandingan tim putri adalah official tim dan keluarga terdekat.

Namun, kesenjangan tersebut dihapuskan Ultras Paris. Mereka setia mendampingi kesebelasan wanita Paris Saint-Germain. Bahkan, dukungan diberikan saat mereka menghadapi laga tandang di luar negeri.

Nyala flare, bentangan spanduk dan nyanyian dari lelaki berkaos hitam dan bertelanjang dada disemarakkan untuk menyemangati pemain putri.

Perilaku Ultras Paris boleh dikatakan unik dibandingkan ultras klub lainnya. Setidaknya, jarang sekali ultras klub menjadi pendukung tim wanita.

Sejarah dukungan Ultras Paris terhadap klub putri Paris Saint-Germain

Dukungan Ultras Paris terhadap pemain putri Paris Saint-Germain tidak lepas dari pasang surut hubungan suporter dan klub. Kejadian bermula ketika pemerintah Paris dan manajemen klub menjatuhkan sanksi berat kepada suporter PSG.

Belasan ribu suporter dilarang datang ke pertandingan kandang dan tandang klub putra PSG. Sanksi diberikan menyusul insiden kematian suporter Yann Lorence selama perkelahian suporter PSG dari stand Boulogne dan Auteuil.

Suporter PSG selama ini memang terbelah. Perselisihan dua kelompok besar Boulogne Boys dan Virage Auteuil beberapa kali berakhir pada perang saudara demi menunjukkan eksistensi mereka, ditambah lagi perbedaan generasi tua-muda di antara keduanya.

Larangan ultras menyaksikan pertandingan diberlakukan pada 2010. Setahun kemudian, saat Qatar Sports Investments (QSI) mengambil alih PSG, sanksi itu semakin diperketat.

Tetapi, pembekuan tidak berarti mengakhiri perjalanan Ultras Paris. Mereka ingin menyaksikan klub kesayangan mereka berlaga. Dilarang di tim putra, mereka beralih ke tim putri. Beberapa lainnya pergi menyaksikan pertandingan tim junior PSG.

Mereka serempak menabuhkan genderang dukungan dari bangku stadion Jean Bouin, markas kesebelasan wanita PSG. Jumlah Ultras yang menonton pertandingan wanita memang tidak sebanyak dibanding penonton klub pria.

Akan tetapi, dukungan Ultras Paris menakjubkan pemain putri. Mereka sebelumnya tidak pernah menerima keriuhan dari bangku penonton. Tim putri PSG merasakan atmosfer pertandingan yang sebenarnya.

Lambat laun, timbul hubungan mutual di antara suporter dan pemain. Di samping itu, tim putri menaruh solidaritas terhadap nasib suporter yang dikenai sanksi.

Kehadiran suporter tidak saja memberikan hiburan, juga menambah luas sudut pandang mereka. Suporter secara tidak langsung dapat mengenal jauh sisi wanita yang tidak terungkap dari rumput hijau.

"Saya mulai tertarik dengan sepak bola wanita pada 2012 saat bertemu Linda Bresonik, pemain nomor 10 PSG,"

"Ini memungkinkan saya melihat olahraga ini dan praktik feminim mereka. Profesional dan kharismanya membuat saya menyukai apa yang tidak saya ketahui," kata Ludivine, salah satu suporter dikutip dari 20minutes.fr.

Manajemen PSG perlahan melunakkan sikap terhadap suporter karena memang sanksi larangan menurunkan atmosfer pertandingan. Setelah enam tahun sanksi berjalan, Ultras akhirnya diperbolehkan masuk ke stadion.

Namun, klub hanya mengakui Collectif Ultras Paris yang baru terbentuk sebagai gabungan beberapa anggota ultras yang tersisa.

Kesan pemain putri terhadap Ultras

Walau sudah kembali ke stadion Parc des Princes--markas tim pria PSG--para suporter tetap melanjutkan petualangan mereka mendukung tim putri.

Di tengah pandemi corona yang menghambat mereka datang ke stadion, para Ultras meneriakan yel-yel dukungan di luar jelang laga terakhir PSG Feminin pada musim ini. Pengumuman berkumpul disampaikan melalui akun media sosial.

"Gagnez le titre pour nos couleurs historiques (Menangkan gelar untuk warna sejarah kita)" tulis bentangan spanduk yang terpasang di antara bangku kosong Stade Jean Bouin pada pertandingan PSG Feminin melawan Dijon Feminin.

Kemenangan bersejarah ini memberikan kesan mendalam kepada PSG Feminin. Para pemain putri selalu menyambut baik antusias Ultras Paris karena dukungan yang diberikan membuat profesi mereka sebagai pemain sepak bola benar-benar nyata.

"Jujur, saya menyukai ultras. Mereka luar biasa dan saya mencintai mereka. Semangat yang mereka tunjukkan luar biasa. Kami selalu mengatakan bahwa Paris itu ajaib, tapi bagi saya ultraslah yang ajaib."

"Terima kasih atas semua dukungan yang telah mereka tunjukkan selama penampilan kami. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih banyak," kata Nadia Nadim, penyerang PSG Feminin dalam wawancaranya di francebleu.fr usai menjuarai D1 Liga Prancis divisi wanita 2020-2021.

Efrem Siregar

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun