Thomas Tuchel untuk kali pertama mengangkat trofi Liga Champions sepanjang karir kepelatihannya. Dini hari tadi, ia membawa Chelsea menang tipis 1-0 atas Manchester City pada partai final.
Keberhasilan Tuchel ini sekaligus membayar tunai kegagalan dirinya pada final musim lalu. Ketika itu, klub asuhannya, Paris Saint-Germain kalah dengan skor yang sama tipisnya 1-0 atas Bayern Munchen.
Trofi Liga Champions memberi banyak makna terhadap pribadi Tuchel. Secara taktikal, ia memperlihatkan kepiawaian dalam menyeimbangkan metode agresif Pep Guardiola.
Sejak menukangi Chelsea pada awal tahun ini, Tuchel menyapu bersih kemenangan Chelsea atas Manchester City.
Pertandingan dini hari tadi menjadi kemenangan ketiga Chelsea secara beruntun. Sebelumnya, Chelsea menumbangkan Manchester City di laga Liga Primer Inggris dan final Piala FA.
Dua trofi bergengsi dipersembahkan Tuchel kepada Chelsea sepanjang musim 2021.Â
Namun demikian, tampaknya Tuchel belum sepenuhnya puas.
Sebagai pelatih, Tuchel mengharapkan pengakuan terhadap dirinya. Apresiasi inilah agaknya sulit. Ia baru empat bulan menukangi Chelsea sebagai pengganti Frank Lampard.
Dengan kata lain, apa yang dilakukannya di Chelsea hanya meneruskan pencapaian yang ditinggalkan Lampard.Â
Usai Chelsea menjadi juara Liga Champions, para pendukung memberi banyak komentar yang mengaitkan kontribusi Frank Lampard dalam menyiapkan jalur kemenangan kepada Chelsea. Nama Frank Lampard menduduki trending topic Twitter.
Trofi Liga Champions adalah persembahan terbaik dari Tuchel. Ini adalah pengakuan yang pantas diberikan penuh kepada Tuchel.Â
Tuchel adalah tipikal pelatih yang menaruh perhatian bahwa tiap orang harus diberikan apresiasi layak dari pencapaian yang diberikan.
Pemecatan dirinya dari PSG adalah contoh nyata. Ketika Edinson Cavani dan Thiago Silva disingkirkan dari Paris Saint-Germain karena kontrak mereka tidak diperpanjang, Tuchel menyampaikan keberatan kepada manajemen yang membuatnya berselisih dengan Leonardo, Direktur Olahraga PSG.Â
Cavani dan Thiago Silva telah lama membela PSG, tetapi tahun lalu harus hengkang dari Paris yang meninggalkan pertanyaan besar. Â
"Sejujurnya enam bulan melatih di PSG saya lebih merasa seperti seorang politisi olahraga atau menteri olahraga daripada pelatih," kata Tuchel saat pemecatan dirinya di PSG.
Ia sebenarnya merasa nyaman di Paris, akan tetapi, ia tidak dapat menutup kekecewaannya kepada manajemen Paris yang dianggap tidak memberikan penghargaan atas perjuangan tim hingga ke final Liga Champions.
PSG memang memiliki kompleksitas sejak diambil alih Qatar Sports Investments. Target besar juara Liga Champions belum jua tercapai sampai saat ini.
Tentu, kekecewaan Tuchel hanya terungkap tahun lalu, kecuali pendukung Chelsea merasa terlalu cepat memberi pengakuan kepadanya.
Sekarang, setelah mempersembahkan gelar juara Liga Champions kedua kepada Chelsea, Thomas Tuchel menunjukkan senyum mekar dari wajahnya. Ia dan Thiago Silva menuntaskan target ekstrem Paris Saint-Germain, juara Liga Champions, namun di klub berbeda.
Meski beberapa pendukung Chelsea  meletakkannya di bawah bayang-bayang Lampard, media The Atlantic langsung mengganjar Tuchel sebagai seorang inovator.
"Tidak ada yang perlu diragukan sekarang, Thomas Tuchel salah satu pelatih terbaik di dunia," tulis The Atlantic usai kemenangan Chelsea.
The Guardian melaporkan, trofi Champions membuka peluang Tuchel mendapat perpanjangan kontrak kepelatihannya di Chelsea hingga 2023. Tuchel memiliki banyak waktu untuk menerima lebih banyak apresiasi terhadap dirinya.
Efrem Siregar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H