Trofi Liga Champions adalah persembahan terbaik dari Tuchel. Ini adalah pengakuan yang pantas diberikan penuh kepada Tuchel.Â
Tuchel adalah tipikal pelatih yang menaruh perhatian bahwa tiap orang harus diberikan apresiasi layak dari pencapaian yang diberikan.
Pemecatan dirinya dari PSG adalah contoh nyata. Ketika Edinson Cavani dan Thiago Silva disingkirkan dari Paris Saint-Germain karena kontrak mereka tidak diperpanjang, Tuchel menyampaikan keberatan kepada manajemen yang membuatnya berselisih dengan Leonardo, Direktur Olahraga PSG.Â
Cavani dan Thiago Silva telah lama membela PSG, tetapi tahun lalu harus hengkang dari Paris yang meninggalkan pertanyaan besar. Â
"Sejujurnya enam bulan melatih di PSG saya lebih merasa seperti seorang politisi olahraga atau menteri olahraga daripada pelatih," kata Tuchel saat pemecatan dirinya di PSG.
Ia sebenarnya merasa nyaman di Paris, akan tetapi, ia tidak dapat menutup kekecewaannya kepada manajemen Paris yang dianggap tidak memberikan penghargaan atas perjuangan tim hingga ke final Liga Champions.
PSG memang memiliki kompleksitas sejak diambil alih Qatar Sports Investments. Target besar juara Liga Champions belum jua tercapai sampai saat ini.
Tentu, kekecewaan Tuchel hanya terungkap tahun lalu, kecuali pendukung Chelsea merasa terlalu cepat memberi pengakuan kepadanya.
Sekarang, setelah mempersembahkan gelar juara Liga Champions kedua kepada Chelsea, Thomas Tuchel menunjukkan senyum mekar dari wajahnya. Ia dan Thiago Silva menuntaskan target ekstrem Paris Saint-Germain, juara Liga Champions, namun di klub berbeda.
Meski beberapa pendukung Chelsea  meletakkannya di bawah bayang-bayang Lampard, media The Atlantic langsung mengganjar Tuchel sebagai seorang inovator.
"Tidak ada yang perlu diragukan sekarang, Thomas Tuchel salah satu pelatih terbaik di dunia," tulis The Atlantic usai kemenangan Chelsea.