Sepak bola selalu menyajikan peristiwa yang menguras emosional. Dalam sebuah pertandingan, pemenang akan bahagia, yang kalah meratap dengan kesedihan.
Namun, kekalahan tak selamanya berujung air mata. Di semi final Liga Champions, Angel Di Maria, Verratti dan Eden Hazard memperlihatkan tanggapan lain.
Sebagaimana diketahui, Di Maria dikeluarkan dari lapangan setelah wasit mengganjarnya dengan kartu merah akibat pelanggaran terhadap kapten City, Fernandinho pada pertandingan leg kedua semi final antara Manchester City dan Paris Saint-Germain.
Di Maria tampak terprovokasi atas tindakan Fernandinho saat mendapat kesempatan lemparan ke dalam. Dimulai dari kemelut kecil, Di Maria kontan menginjak tempurung kaki Fernandinho tepat dalam pengamatan wasit.
Terusirnya Di Maria adalah kerugian besar bagi Paris untuk mengejar ketertinggalan 2-0 atas City. Usai pertandingan, kritik diberikan kepada Di Maria atas tindakan yang tak seharusnya dilakukan dalam olah raga.
Namun, menahan emosi dalam tensi tinggi bukan perkara mudah. Mantan manager Arsenal, Arsene Wenger juga mengecam cara provokasi Fernandinho yang menurutnya harus juga diberikan kartu merah.Â
Penonton harap maklum, Di Maria dan pemain Paris lainnya terlanjur panas dalam pertandingan untuk segera membalikan keadaan dalam waktu singkat.
Rekannya, Marco Verratti pun nyaris mengikuti jejak pemain Argentina tersebut. Setelah menerima kartu kuning, Verratti justru mengubah karakter bermainnya menjadi lebih keras.
Keduanya sulit menanggapi kekalahan dengan kepala dingin. Seharusnya, Verratti mampu menahan diri karena posisinya sangat rawan menerima kartu kuning kedua yang berujung kartu merah.
Kontrol diri harus diutamakan. Idealnya demikian. Namun, karena ledakan sukar dibendung dari kepala yang panas, anggaplah Verratti memberikan kejutan kecil.
Tak ada asap tanpa api. Kepada wartawan usai pertandingan, Verratti mengatakan wasit berkali-kali mengumpat F**k *** kepada dirinya. Mungkin, karena ucapan itulah sulut api semakin besar.
Keesokan harinya, setelah kekalahan Paris Saint-Germain, cerita menarik tersajikan usai laga Chelsea melawan Real Madrid.
Eden Hazard tertangkap kamera tertawa bersama pemain Chelsea, Kurt Zouma dan Edouard Mendy selepas pertandingan. Tak ada kemarahan, tak ada kesedihan. Sikap yang tak biasa bagi pemain dalam kekalahan.
Seperti Di Maria, perdebatan terjadi di media sosial menyikapi sikap Eden Hazard. Warganet menyampaikan pendapat pro dan kontra.
Beberapa mencela cara Hazard karena ini adalah kali kedua ia tertangkap kamera media melemparkan tawa seusai pertandingan Madrid dan Chelsea. Ia tak patut mengungkapkan kebahagiaan saat kekalahan klubnya.
Warganet lain menilai tak ada yang salah pada tawaan Hazard mengingat dirinya adalah bekas pemain Chelsea. Jadi, kedatangannya ke Stamford Bridge adalah momentum melepas nostalgia.
Barangkali, hati Hazard sebenarnya tertekan menerima kekalahan Madrid dan menyembunyikan kesedihannya. Real Madrid sebagai jawara 13 kali Liga Champions pun tak punya alasan cukup untuk menyesali kekalahan tersebut.
Apapun kebenarannya, hanya Hazard dan Tuhanlah yang tahu isi hati pemain Belgia tersebut.
Di Maria, Verratti dan Eden Hazard menunjukkan kontrasnya perbedaan pemain menyikapi kekalahan: kekerasan fisik dan ekspresi bahagia.
Di Maria dan Verratti merepresentasikan suasana batin pendukung. Ultras Paris sebelumnya menuliskan pesan kepada mereka agar bermain sebagai petarung. Itu pula yang mereka terjemahkan secara harfiah di atas lapangan.
Sementara si Hazard mewakili wajah pemenang. Meski kalah, jangan lupa bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H