Pandemi Covid-19 memberikan pelajaran kepada masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian terhadap kesehatan diri. Peduli terhadap diri sendiri, berarti ia peduli terhadap keselamatan orang lain.
Kita tahu penularan virus corona penyebab Covid-19 sangat cepat dan mudah antarmanusia lewat cipratan atau sentuhan tangan dari terinfeksi.
Tapi apa yang terjadi setahun ini, cukuplah untuk jadi bahan renungan. Perdebatan terus terjadi, kepatuhan sulit ditemukan.
Ukuran virus ini sangat kecil. Mata tak mungkin mengamatinya. Kita melawan apa yang tak terlihat, namun ia ada. Beberapa orang berspekulasi virus corona adalah akal-akalan. Bahkan, sangkalan pun datang dari orang yang pernah terinfeksi.
Syukurlah, ilmu pengetahuan membantu kita melihat wujud virus di bawah mikroskop elektron. Beberapa pakar kesehatan tampil untuk memberikan penjelasan agar publik memiliki pengetahuan terhadap masalah kesehatan.
Protokol kesehatan sudah menjadi pengetahuan bersama. Hampir semua orang tahu bagaimana protokol kesehatan bekerja. Kita diajak untuk mengenakan masker, mencuci tangan, menghindari kerumunan dan sebagainya. Tujuannya, mencegah penularan virus corona.
Di samping itu, kita juga tahu bahwa pengendalian virus bisa dilakukan dengan cara melaksanakan vaksinasi.
Namun, pengetahuan tersebut cukup lama melekat di kepala. Apakah orang melaksanakan protokol kesehatan dan mau mengikuti pelaksanaan vaksinasi?
Mungkin kenyataan di lapangan lebih tepat sebagai jawabannya. Belum ada satu "resep" manjur yang mampu membujuk orang-orang patuh protokol kesehatan.
Pengetahuan kita pun kerap diajak berputar-putar. Logika diperas habis-habisan manakal pemerintah mengeluarkan kebijakan baru yang kesannya bertentangan. Maksud hati mencegah kerumunan, di sisi lain perekonomian harus berjalan yang membuat orang beraktivitas di luar rumah.