Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Babi Ngepet, Bu Wati yang Apes dan Menunggu Tip Sukses dari Tetangganya

30 April 2021   09:45 Diperbarui: 30 April 2021   16:27 582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Babi yang diduga jadi-jadian di Depok, Jawa Barat. (Foto: Dwi Putra Kesuma/TribunJakarta)

Ini adalah contoh kecil bagaimana takhayul dan mitos ternyata dapat berlindung dalam norma masyarakat. Tak heran, ada keyakinan yang bisa diterima, ada pula keyakinan yang ditolak.

Bagi Morsky dan Akcay, individu adalah rasional karena tak mengikuti suatu norma secara membabi buta. Namun, individu yang rasional bisa melakukan tindakan irasional manakala keyakinan membuatnya menjadi hal bermanfaat.

Demikian juga dengan orang-orang di sekitar kisah si babi ngepet. Pengakuan Bu Wati tentang tetangganya memelihara babi ngepet barangkali adalah upaya dirinya untuk menuntaskan kegundahan batin selama ini.

Manusia pada dasaranya selalu menyimpan rasa ingin tahu, termasuk mencari apa yang dialami orang lain. Jawaban atas masalah harus ditemukan.

Hanya saja, dalam pencarian kebenaran itu, Bu Wati agaknya perlu meluangkan waktu lebih lama untuk mendapatkan banyak informasi. Tujuannya, untuk menghindari munculnya spekulasi-spekulasi yang akhirnya menjadi bumerang untuk diri sendiri.

Setelah kasus babi ngepet ini mencuat, mungkin kita butuh klarifikasi dari tetangga Bu Wati, berbagi tips bagaimana menghasilkan uang banyak bagi pengangguran. Ini lebih bermanfaat bagi banyak orang yang dirumahkan dan kesulitan selama masa pandemi Covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun