Manchester City yang baru saja dibeli Sheikh Mansour dari Abu Dhabi menaruh penawaran fantastis mencapai harga 100 juta Euro yang dapat menjadi rekor transfer terbesar saat itu.
Sebagaimana diketahui, Kaka akhirnya berlabuh ke Real Madrid. Penampilannya adalah sesuatu yang sangat dinantikan, berada satu lapangan dengan Cristiano Ronaldo.
Namun, segalanya tak berjalan mulus. Perubahan terhadap masa depan Kaka terjadi tatkala Jose Mourinho mengambil alih kursi kepelatihan Madrid. Sang special one jarang menurunkan Kaka dalam pertandingan.
Hal itu diakui Kaka dalam wawancaranya bersama Marca yang diterbitkan pada 2018. Sebenarnya, Jose Mourinho hanya satu alasan. Kaka mengakui cedera yang dialaminya pada tahun pertama di Madrid turut mempengaruhi karirnya di Madrid.
"Saya menghabiskan tiga tahun untuk mencoba meyakinkan Mourinho bahwa saya harus memiliki lebih banyak peluang. [...] Di tahun pertama saya punya masalah di pinggul kemudian pada bagian adductor dan harus dioperasi," kata Kaka.
Ekspetasi bahwa Kaka dapat bersinar dengan terang di Real Madrid kandas. Empat tahun di Madrid, Kaka memutuskan kembali ke AC Milan sebelum akhirnya menghabiskan karir di Amerika bersama klub Orlando City.
Kaka gantung sepatu pada 2017 pada usia 35 tahun. Keputusan yang sangat disayangkan mengingat Kaka masih punya beberapa tahun lagi untuk menunjukkan aksinya.Â
AC Milan kala itu menawarkan Kaka untuk pulang ke Milan. Namun demikian, Kaka sudah menyatakan mantap untuk mengakhiri karirnya.
"Bapa, ini sudah lebih banyak dari yang saya bayangkan. Terima kasih! Saya sekarang siap untuk perjalanan selanjutnya. Dalam nama Jesus. Amin," tulis Kaka lewat akun Twitter mengonfirmasi pensiunnya.
Kemarin, 22 April 2021, usia Kaka genap 39 tahun. Perayaan ulang tahun Kaka bertepatan dengan kemelut sepak bola Eropa yang dihebohkan dengan keinginan sejumlah klub elit, termasuk Real Madrid dan AC Milan yang pernah dibelanya untuk berkompetisi di Super League.
Masing-masing pihak menyuarakan gagasan tentang masa depan sepak bola yang lebih baik. Hanya saja, hampir dipastikan, tak ada jawaban yang benar-benar mengena baik dari kubu pro dan kontra Super League karena saat ini tak ada sosok panutan yang layak untuk didengarkan.