Ketika AC Milan mengalami masa kejayaan pada era 2000-an, klub ini memiliki satu nama paling dicari: Kaka. Ia punya keterampilan sebagai playmaker yang membantu kemenangan Milan dalam tiap pertandingan.
Dalam periode tersebut, Kaka bersanding dengan Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo sebagai bintang yang diperhitungkan di lapangan hijau.
Di samping itu, Kaka selalu memperlihatkan sisi religiusitas baik di dalam atau luar lapangan. Ia merayakan gol dengan mengangkat kedua telunjuk tangan, menengadahkan kepala ke langit atau berlutut untuk memberi tahu semua orang bahwa Tuhan ambil bagian dalam gol tersebut.
Ketika Brasil menjuarai Piala Dunia 2002, ia mengganti seragam tim dengan kaos bertuliskan I belong to Jesus (saya milik Jesus). Hal yang sama ia lakukan ketika ketika AC Milan menjuarai Serie-A pada 2004 dan Liga Champions musim 2006/07. Buku favoritnya adalah Alkitab.
Kepiawaian Kaka diganjar dengan harga pantas. Ia mendapatkan penghargaan sebagai pemain terbaik dunia FIFA pada 2007.
"Ketika dia meraih penghargaan pemain terbaik dunia FIFA, dia tak merayakannya dengan sampanye, pergi ke klub atau memajang di dekat tungku perapian. Ia justru pulang ke Sao Paolo. di mana dia menempatkannya dalam eksibisi spesial di pusat gerakan evengelis," tulis laporan The Guardian.
Kepribadian religius ini diperoleh ketika ia mengalami insiden saat berusia 18 tahun. Kaka kala itu berseluncur ke kolam renang, namun kepalanya membentur dasar kolam. Kaka mengalami cedera serius. Tulang punggungnya patah dan menimbulkan kekhawatiran bahwa ia lumpuh.
Mukjizat terjadi beberapa pekan kemudian. Kaka pulih dari penyakit tersebut dan kembali bermain bola.Â
"Dia meyakini pemulihan tersebut tak ada kaitannya dengan keberuntungan dan segalanya terjadi berkat Tuhan," lanjut The Guardian.
Enam tahun membela AC Milan, tepatnya pada 2009, Kaka menjadi incaran besar Real Madrid. Namun, Los Blancos bukan satu-satunya yang tertarik membawa pemain kelahiran Brasil ini.Â