Cuitan Nicolas diretweet lebih 600 kali dan mendapat tanggapan keras dari warganet.Â
Salah satu pengguna membalas bahwa Manchester United adalah klub dengan sejarah besar yang berkembang pesat memberikan nilai komersial. Berbeda dengan Paris yang disebutnya berusaha membangun rekan jejak dengan "doping" finansial luar biasa.
Penampilan PSG memang menanjak sejak diakusisi QSI. Akan tetapi, PSG bukan tim karbitan sebagaimana dibayangkan.Â
Ronaldinho, Pauleta, George Weah, Jay-Jay Okocha, Gabriel Heinze, Nicolas Anelka, Safet Susic, Pochettino yang sekarang menukangi PSG adalah deretan pemain bintang yang pernah membela Paris Saint-Germain sebelum akuisisi tersebut.
Sekarang, apakah pendukung klub-klub elit tersebut masih menganggap PSG sebagai klub yang dibusukkan oleh uang?
PSG adalah klub kaya raya. Modis pula mengingat Paris adalah kota mode, rumah bagi brand besar fashion dunia. Dua hari lalu, Neymar tampil necis di bangku penonton menyaksikan rekan-rekannya melawan St Etienne.Â
Maka, sepak bola modern tanpa pengelolaan komersial adalah ilusi.Â
Ajax Amsterdam adalah contoh nyatanya. Ajax saat ini tak bisa bergantung pada masa lalu yang jaya. Ajax sekarang tak bisa menahan lebih lama pemain muda mereka yang ingin menapaki mimpi bermain di klub besar.Â
De Ligt, Frenkie De Jong, Donny van de Beek adalah contoh bagaimana Ajax harus ikhlas sekaligus berat hati melepas mereka berlabuh ke klub di luar Belanda.
Banyak yang menyayangkan kepergian mereka yang sangat berpeluang membangun kembali nama besar Ajax seperti dahulu.
Akan tetapi, Ajax tak punya pilihan. Mereka butuh pemasukan sehingga menjual pemain dengan harga tinggi tentu lebih diperlukan demi memastikan keberlangsungan klub dan memastikan bahwa pemain muda Belanda perlu masa depan cerah.Â