Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Counter Attack untuk Haters, Harus Tobat Bully PSG

20 April 2021   09:34 Diperbarui: 20 April 2021   10:10 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Paris Saint-Germain. (Foto: Twitter/PSG_inside)

Cuitan Nicolas diretweet lebih 600 kali dan mendapat tanggapan keras dari warganet. 

Salah satu pengguna membalas bahwa Manchester United adalah klub dengan sejarah besar yang berkembang pesat memberikan nilai komersial. Berbeda dengan Paris yang disebutnya berusaha membangun rekan jejak dengan "doping" finansial luar biasa.

Penampilan PSG memang menanjak sejak diakusisi QSI. Akan tetapi, PSG bukan tim karbitan sebagaimana dibayangkan. 

Ronaldinho, Pauleta, George Weah, Jay-Jay Okocha, Gabriel Heinze, Nicolas Anelka, Safet Susic, Pochettino yang sekarang menukangi PSG adalah deretan pemain bintang yang pernah membela Paris Saint-Germain sebelum akuisisi tersebut.

Sekarang, apakah pendukung klub-klub elit tersebut masih menganggap PSG sebagai klub yang dibusukkan oleh uang?

PSG adalah klub kaya raya. Modis pula mengingat Paris adalah kota mode, rumah bagi brand besar fashion dunia. Dua hari lalu, Neymar tampil necis di bangku penonton menyaksikan rekan-rekannya melawan St Etienne. 

Maka, sepak bola modern tanpa pengelolaan komersial adalah ilusi. 

Ajax Amsterdam adalah contoh nyatanya. Ajax saat ini tak bisa bergantung pada masa lalu yang jaya. Ajax sekarang tak bisa menahan lebih lama pemain muda mereka yang ingin menapaki mimpi bermain di klub besar. 

De Ligt, Frenkie De Jong, Donny van de Beek adalah contoh bagaimana Ajax harus ikhlas sekaligus berat hati melepas mereka berlabuh ke klub di luar Belanda.

Banyak yang menyayangkan kepergian mereka yang sangat berpeluang membangun kembali nama besar Ajax seperti dahulu.

Akan tetapi, Ajax tak punya pilihan. Mereka butuh pemasukan sehingga menjual pemain dengan harga tinggi tentu lebih diperlukan demi memastikan keberlangsungan klub dan memastikan bahwa pemain muda Belanda perlu masa depan cerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun