Inilah hasil dari liberalisasi pendidikan. Peran negara dituntut berkurang sehingga tak boleh mengintervensi ruang akademi. Padahal, Amerika pernah memanfaatkan perguruan tinggi untuk menciptakan teknologi menandingi kekuatan Uni Soviet saat perang dingin.
Artinya, kehadiran negara diperlukan dalam situasi saat ini untuk menjamin seluruh warga negara mendapat akses pendidikan, menjamin kebebasan akademik, bahkan jika perlu menyediakan kesempatan kepada mahasiswa setelah mereka lulus.
Ini bukan seruan memanjakan, daripada mahasiswa babak belur di sana-sini dihantam realita demi tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Masa melakukan pengabdian masyarakat harus membayar mahal uang kuliah? Logika-logika semacam ini yang cukup merusak nalar.
Bukan sesuatu yang umum bahwa masalah keuangan menjadi isu terbesar bagi mahasiswa. Jadi satu beban bertambah dengan beban lain akibat ekspetasi ke depan.
Sekarang apa yang terjadi kepada mahasiswa, ia harus memikirkan nasibnya sendiri-sendiri. Manakala ada kelompok lain yang merangkul mereka, baru keteteran lalu mengatakan mahasiswa disusupi paham ini dan itu.
Kesendirian sebenarnya sudah terlihat sebelum mahasiswa memasuki bangku perkuliahan. Murid SMA sejak awal sebelum mendaftar perguruan tinggi harus mencari sendiri informasi seputar kehidupan kampus.Â
Tentu yang terpikirkan oleh siswa dan orangtua adalah jurusan yang bisa menjamin ketersediaan lapangan pekerjaan terhadap si anak. Mereka juga bertanya kepada para alumni, tetapi poin yang disampaikan tentu tetap sama, peluang kerja.
Konsekuensinya, selain memikirkan peluang masuk dan biaya perkuliahan, adalah kurangnya informasi calon mahasiswa untuk beradaptasi terhadap budaya ilmiah.Â
Maka di sini, saya berpandangan kelas persiapan perlu disediakan sebelum siswa memasuki perguruan tinggi. Sekarang, asalkan lulus UN dan memenuhi persyaratan, ia boleh mendaftarkan diri ke perguruan tinggi.Â
Setelah itu, mahasiswa baru harus menghabiskan waktu dua semester untuk pengenalan kehidupan kampus yang menguras banyak tenaga.
Siswa harus memiliki bekal pengetahuan bahwa pendidikan sarjana memiliki tradisi penelitian ilmiah ketimbang mengakomodir tujuan praktis menyediakan lapangan pekerjaan. Jika yang diinginkan adalah keterampilan teknis, maka ia sebaiknya memilih pendidikan vokasi.Â