Hak paten yang melindungi kekayaan intelektual sekarang berubah menjadi penghalang dalam menghasilkan banyak vaksin Covid-19 untuk dibagikan ke seluruh dunia.Â
Tuntutan untuk menangguhkan hak paten menyebar luas mengingat krisis lebih cepat menimbulkan masalah-masalah kemanusiaan.
"Perusahaan farmasi harus mengizinkan vaksin Covid-19 diproduksi seluas mungkin dengan membagikan pengetahuan mereka tanpa hak paten," tulis Aliansi The People's Vaccine.
Digitalisasi memberikan kesempatan dan akses pasar kepada banyak orang.Â
Namun, soal baru muncul mengenai akses untuk "mengetahui". Jadi, tak ada kompetisi yang seratus persen benar-benar adil.Â
Kondisinya berbeda dibanding cerita Plankton berusaha mengetahui resep rahasia Krusty Krab dari Tuan Eugene Krab dalam serial kartun Spongebob Squarepants.
"Banyak pemimpin bisnis, pakar kebijakan kesehatan, dan pejabat pemerintah khawatir jika kapasitas vaksin ditentukan lewat aturan kekayaan intelektual daripada kebutuhan, virus akan terus menyebar dan bermutasi sementara kampanye vaksin berlarut-larut," tulis Will Meyer, kontributor Business Insider pada 27 Februari lalu.
Kalangan jurnalis dan perusahaan media Australia kelimpungan dalam usaha menyebarkan berita-berita independen dan akurat akibat porsi iklan yang lebih banyak diberikan kepada Facebook dan Google.
Hal ini sepadan disandingkan pada masalah importasi barang murah dari China via e-commerce yang menjadi ancaman bagi pelaku UMKM.Â
Pelaku usaha dan pedagang yang selama ini mapan bisa tumbang dan menjadi bagian lain dari orang yang kalah di era digitalisasi.
Meski sudah digaungkan lama, masalah belum terurai. Presiden Joko Widodo baru-baru ini kembali angkat bicara menyinggung soal importasi pada 4 Maret 2021.