Ketika dunia sedang berebut pasokan vaksin, kabar tak sedap menyandera Australia. Pengiriman vaksin Covid-19 AstraZeneca ke Australia terhalang karena pemblokiran.
Australia seharusnya menerima 250.000 dosis vaksin yang diproduksi fasilitas AstraZeneca di Italia. Tetapi, pengiriman tersebut gagal.
Alasan pemblokiran ekspor dihubungkan dengan mekanisme transparansi dan otorisasi dari Uni Eropa (UE), laporan Kompas mengutip AFP, Kamis (4/3/2021).
Melalui mekanisme itu, negara-negara UE berhak memeriksa rencana ekspor vaksin Covid-19 dari wilayah mereka. Perusahaan yang akan mengekspor vaksin harus meminta izin ke otoritas negara tempat mereka berusaha.
Apa yang terjadi?
Kejadian menimbulkan tanda-tanya di tengah kencangnya isu seputar distribusi vaksin. Sejumlah pemimpin negara terutama negara berkembang dan miskin menyerukan akses vaksin adil dan merata.
Namun, apa yang terjadi dengan Australia yang notabene bagian dari negara maju memberikan pradugan yang berlainan.
Apakah pemblokiran semata karena pelanggaran kebijakan? Kenapa Italia 'tega' memblokir ekspor vaksin AstraZenecca ke Australia?
Jika ditelusuri lebih jauh dari sejumlah sumber pemberitaan, kasus pemblokiran ekpsor vaksin AstraZeneca melibatkan setidaknya masalah di Italia dan Uni Eropa itu sendiri.
Persoalan dimulai dari 'ingkar janji' AstraZeneca. Laporan BBC Indonesia, AstraZeneca semestinya menyediakan 100 juta dosis vaksin sampai akhir Maret untuk Uni Eropa sesuai kesepakatan tahun lalu.
Tetapi perusahaan Inggris-Swedia menunda produksi di pabrik di Belanda dan Belgia. Alhasil, AstraZeneca hanya mampu menyanggupi 40 persen atau 40 juta dosis vaksin.