Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

3 Pelajaran Terbaik Krisis Mati Lampu di Texas untuk Orang Indonesia

21 Februari 2021   22:49 Diperbarui: 23 Februari 2021   08:22 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ford F-150. (Foto: Fotd via New York Post)

Jutaan orang di Texas, Amerika Serikat mengalami pemadaman listrik panjang (blackout) selama sepekan terakhir. Cuaca dingin ekstrem membuat mereka harus bertahan kuat tanpa menikmati penghangat rumah. 

Suhu di sana bisa menyentuh 0F atau -18C! Hampir 70 orang dilaporkan tewas akibat cuaca dingin ekstrem di sana per Sabtu 20 Februari 2021.

Peristiwa blackout di Texas mengingatkan Indonesia pada kejadian blackout pada Agustus 2019, tanpa salju tentunya. Sejumlah kota di Jawa-Bali merasakan mati lampu panjang seharian. Sekarang, bencana alam juga menerjang sejumlah daerah di Indonesia, seperti banjir di Jakarta.

Amerika dan Indonesia pada saat bersamaan menghadapi pandemi Covid-19. Ini menjadi pukulan bertubi-tubi kepada warga. Terlebih bencana alam ternyata kerap beririsan dengan urusan politik dan ekonomi.

Memang, Amerika dan Indonesia memiliki kepribadian dan pandangan hidup yang berbeda. Amerika dengan corak liberal, sementara Indonesia dengan Pancasila. Akan tetapi, dalam masalah bencana, kehadiran dan tanggung jawab pejabat negara adalah langkah penting.

Kadang-kadang, beberapa orang Indonesia sebenarnya memiliki kesamaan sikap layaknya orang Amerika liberal laissez faire. Bencana sekalipun selama berpeluang menghasilkan cuan, sikat.

Kembali ke topik utama. Setelah mengetahui penjelasan di atas, krisis mati lampu di Texas memberikan gelap yang dapat dijadikan pelajaran orang Indonesia.

Pertama, energi hijau begitu penting untuk masa depan. Kejadian blackout di Texas, Amerika merupakan keadaan ironi. Texas adalah penghasil gas bumi terbesar yang mencapai 23 persen dari total produksi gas di AS pada 2019, mengungguli Pennsylvenia dan Lousiana.

Lebih dari 50 persen gas tersebut dijadikan pasokan untuk energi listrik di Texas, menurut laporan NBC News. Selebihnya berasal dari turbin angin, batu bara, nuklir dan tenaga surya.

Di sini terjadi perdebatan antara mendukung atau menolak energi hijau.

Dalam wawancaran bersama Fox News, 17 Februari 2021, Gubernur Texas Greg Abbott menyalahkan tenaga surya dan angin sebagai penyebab pemadaman listrik.

Tenaga surya dan angin adalah energi ramah lingkungan. Saat musim dingin, ternyata baling-baling turbin angin tidak bergerak karena kebekuan.

Gubernur Abbott mengatakan bahwa ini memperlihatkan bagaimana Green New Deal akan menjadi kesepakatan buruk bagi Amerika Serikat.

Pernyataan tersebut jelas menampar kelompok pendukung energi hijau. Kelompok ini menaruh perhatian terhadap perubahan iklim dan pengurangan energi fosil. Dengan kata lain, Gubernur Abbot menjadi lawan mereka, secara implisit mendukung energi fosil.

Di Amerika, masalah perubahan iklim adalah isu besar. Penentangnya sebagian besar kelompok konservatif. 

Presiden Donald Trump (Republik) sebelumnya mengeluarkan AS dari Persetujuan Paris. Namun di bawah Presiden Joe Biden (Demokrat), AS kembali masuk ke Persetujuan Paris.

Pendiri Microsoft Bill Gates pendukung energi hijau. Dia menolak anggapan bahwa energi terbarukan sebagai biang keladi blackout di Texas.

"Ini bukan karena ketergantungan pada energi terbarukan," kata Bill Gates kepada CNN.

Bill Gates mengatakan, cuaca ekstrem yang terjadi akibat perubahan iklim. Menurutnya, energi hijau harus menjadi masa depan untuk mencegah bencana yang lebih buruk.

"Ini ironis menyalahkan energi terbarukan dan tidak menyadari bahwa kita harus berhadapan dengan ini kecuali kita membuat seluruh dunia mengurangi emisi," kata Gates.

Indonesia sendiri masuk dalam Persetujuan Paris yang saat ini mengupayakan mengganti ketergantungan terhadap energi fosil ke energi baru terbarukan.

Pernyataan Greg Abbott menyalahkan energi terbarukan dianggap keliru. Presiden Dewan Listrik Texas ERCOT menjelaskan pemadaman panjang ini disebabkan karena operator harus bertindak cepat untuk memangkas jumlah daya yang didistribusikan, laporan Texas Tribune.

Infrastruktur tenaga listrik rusak akibat membeku. Pasokan energi turun drastis.

Bila pembangkit listrik dipaksakan bekerja melayani lonjakan permintaan daya listrik, maka skenario terburuknya adalah gardu induk meledak dan membuat pemadaman listrik lebih panjang hingga berbulan-bulan.

Jika jaringan benar-benar mati, kerusakan fisik pada infrastruktur bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk diperbaiki.

Dengan pasokan yang tidak mencukupi, ERCOT tidak punya pilihan lain selain pemadaman listrik. Texas memang kaya gas alam, tetapi semua pembangkit listrik mereka tidak dirancang untuk menghadapi cuaca esktrem.

Jaringan pipa, kincir angin dan pembangkit listrik dari batu bara serta matahari tidak mampu beroperasi di bawah suhu nol derajat Fahrenheit.

Lori Bird, pengarah US energy program di World Resources Institute, mengatakan pendapat Gubernur Abbott menyalahkan turbin angin dan tenga surya adalah langkah politik.

Yang sekarang dibutuhkan, kata Bird, adanya persiapan yang lebih baik supaya kejadian seperti ini tidak terulang. Sebab, blackout kali ini lebih disebabkan kegagalan semua sumber pembangkit listrik, entah itu dari gas, angin, nuklir ataupun batubara, sangat rentan terhadap keadaan ekstrim.

PT PLN Persero sendiri sekarang masih bergantung besar pada batu bara untuk menggerakan sebagian besar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Batu bara adalah energi fosil.

Mengutip CNNIndonesia, berdasarkan bahan paparan PLN kepada Komisi VII DPR pada November 2020 lalu, porsi PLTU mendominasi sebesar 50,4 persen atau kapasitas 31.827 MW. 

Kemudian ada pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 12,6 persen atau kapasitas 7.992 MW dan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) sebesar 10,7 persen atau kapasitas 12.137 MW.

Ketika pasokan batu bara tersendat ke PLN, maka ancamannya adalah pemadaman listrik. Hal ini pernah disampaikan Ketua Komisi VI DPR RI Faisol Rozi pada akhir Januari lalu. Kepada DetikNews, Faisol Rozi waktu itu mengungkapkan kemungkinan pemadaman listrik bergilir dipicu tersendatnya pasokan batu bara karena harga tinggi dan faktor bencana alam.

Dengan demikian, persiapan dan fokus energi terbarukan penting untuk dipikirkan. Amerika Serikat ditambah Bill Gates gigih menyatakan dukungan energi terbarukan. 

Komitmen mereka sangat kuat. Ini menjadi sinyal bahwa negara-negara lain seperti Indonesia mesti turut gigih dalam mengurangi energi fosil.

Kedua, cara kreatif memanfaatkan baterai mobil sebagai pengganti generator listrik.

Salah seorang warga Katy, Texas bernama Randy Jones memanfaatkan mobil Ford F-150 PowerBoost Hybrid 2021 miliknya untuk dijadikan generator yang bisa menyalakan mesin pembuat kopi dan mengisi ulang gawai selama blackout, laporan New York Post.

Generator Pro Power Onboard pada mobil Ford disebut dapat menghasilkan 2 sampai 7,2 kilowatt listrik, tergantung pada mesinnya. 

Randy bisa menggunakannya selama tiga hari. Mobil listrik memiliki manfaat ketika terjadi pemadaman listrik. Siap punya kendaraan listrik?

Ford F-150. (Foto: Fotd via New York Post)
Ford F-150. (Foto: Fotd via New York Post)

Ketiga, tanggung jawab pejabat sangat penting dan dibutuhkan dalam keadaan bencana. 

Jutaan warga Texas hidup dengan cuaca dingin ekstrem, dan mati lampu. Meski listrik ke sebagian daerah sudah menyala, mereka menghadapi masalah baru lagi, yaitu membengkaknya tagihan listrik.

Ini dikarenakan Texas adalah negara bagian dengan pasar bebas, artinya pelanggan bebas menentukan siapa provider penyedia listrik yang mereka inginkan. 

Ada yang menawarkan skema pasar bebas dengan skema harga spot, ada juga yang menyediakan skema tarif tetap.

Karena lonjakan permintaan, harga listrik di pasar bebas pun ikut melonjak. Nah, masalah-masalah seperti ini memusingkan pelanggan. Bahkan perusahaan wholesale listrik Griddy sama ikut pusing.

Meski keadaan sekarang sangat potensial mendapat cuan besar, kenaikan harga hampir 200 kali lipat di tengah bencana tentu membuat pelanggan Griddy yang memakai skema harga spot akan keberatan dan terancam gagal bayar. 

Griddy pun menyarankan pelanggannya untuk beralih ke provider yang dianggap sesuai dengan pengeluaran mereka.

Tarif listrik menjadi membengkak lebih dari USD 9.000 per megawatt hour, sementara rata-rata musiman hanya USD 50 per megawatt hour.

Ini adalah heat or eat dilemma bagi orang Amerika. Jika mengurangi pengeluaran makan dan minum, kesehatan mereka akan turun karena mati kedinginan.

Sebaliknya, jika mengurangi pemakaian listrik, mereka tetap terancam mati kedinginan karena penghangat rumah tidak dapat dinyalakan maksimal.

Tetapi, hal menyedihkan muncul selama masa blackout. 

Pada Kamis lalu, tersebar di media sosial, foto senator Ted Cruz berada dalam penerbangan menuju Cancun, Meksiko. Di tengah bencana kedinginan menimpa warganya, ia malah plesiran ke wilayah yang bercuaca cerah.

Ted Cruz mengklarifikasi bahwa kepergiannya keluar Texas semata dilakukan untuk memenuhi keinginan putrinya yang ingin berlibur selama pembatalan sekolah pekan ini. 

Baginya, ini adalah tanggung jawab dirinya sebagai ayah yang baik, sebagiaman orang tua di Amerika Serikat.

"Keluar ketika banyak orang Texas terluka tidak benar dan saya mengubah jadwal penerbangan pulang dan kembali dengan penerbangan pertama yang tersedia yang bisa saya ambil," tambahnya.

Ted Cruz mengaku memahami orang-orang kecewa. Ia mengakui bahwa ini adalah kesalahan yang semestinya tidak perlu dia lakukan.

Catatan: update 23 Februari 2021, untuk memantau real time permintaan listrik di Texas dan seluruh wilayah Amerika Serikat, dapat dilihat melalui situs ini

Sumber pembangkit listrik di Texas, menurut data ERCOT Texas Electricity Generation by Fuel 2019: gas bumi 47,4 persen, batu bara 20,3 persen, angin 20,0 persen, nuklir 10,8 persen, surya 1,1 persen, hydro 0,2 persen, dan biomass 0,1 persen. Selengkapnya di sini

Baca juga: Hikmah dari Blunder Ted Cruz yang Liburan saat Warganya Mati Kedinginan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun