Amanda bercerita bahwa dia berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Keadaan itu mempengaruhi hidupnya.
Ayah dan Ibunya bercerai ketika dia berusia 7 tahun. Sekarang, dia tinggal bersama Ibunya yang bekerja sebagai karyawan di salah satu swalayan.Â
Semua terjadi karena sifat buruk dan temperamen Ayahnya. Seringkali sepulang bekerja, Ayahnya tanpa alasan jelas memaki dan memberi pukulan kepada Ibunya.
Pertarungan yang tidak seimbang di antara keduanya. Ibunya mendapat jahitan membekas di sekitar pelipis mata kanan karena terbentur kaki kasur.Â
Amanda mengatakan, dia sangat takut kepada Ayahnya dan bersumpah tidak akan menemuinya seumur hidup.
Hal itu membuat dia sangat muak dan berhati-hati setiap melihat laki-laki. Aku merasa itu adalah anggapan aneh. Sifat lelaki tidak sama di dunia ini walaupun kemiskinan menjadi faktor yang tidak dapat dielak.Â
Tetapi Amanda memberi penjelasan yang membuatku sangat mengaguminya. Baginya, kelakuan kasar Ayahnya tidak sepenuhnya sifat bawaan.
"Dunia ini adalah dunia laki-laki," kata Amanda.Â
"Semua yang kita alami merupakan keinginan dan definisi para pria dan mereka memandang wanita sebagai objek yang harus dimiliki."
Amanda memiliki teman baik, Rachel yang merupakan tetangganya sewaktu kecil sebelum Rachel pindah ke kelurahan lain.
Beberapa kali Amanda tinggal bersama Rachel karena mereka memiliki pandangan yang sama tentang pentingnya pemberdayaan perempuan.