Kritik terhadap pemerintah sekarang dibahas banyak orang. Sejumlah tokoh meminta agar buzzer ditertibkan. Bagi budayawan Sujiwo Tejo, keberadaan buzzer membuat banyak orang akhirnya menjadi malas mengkritik, mengutip DetikNews.Â
Menurutnya, kata-kata yang disampaikan buzzer tidak senonoh.
1. Lagi-lagi pendapat normatif
Negara demokrasi membutuhkan kritik, ini wajar dan lumrah. Yang berbeda, bagaimana pemerintah menyikapinya.
Sejumlah tokoh telah menyampaikan pendapatnya untuk menertibkan buzzer. Semakin banyak orang menanggapi cara penyampaian kritik sekarang.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang pernah mendampingi Jokowi termasuk orang yang memberikan tanggapan dengan berkata, bagaimana caranya mengkritik pemerintah tanpa dipanggil polisi?
Pesan para tokoh ini terarah, konkrit dan terukur sehingga publik dapat mengetahui terang masalah yang harus diselesaikan.
Tentu tudingan buzzer menyakitkan sebagian pihak yang diasosiasikan buzzer pemerintah seolah mereka dianggap sebagai pengganggu.
Pak SBY sebagai negarawan mencoba hadir sebagaimana biasa dia lakukan dengan narasi teduh untuk menengahkan ketegangan yang ada.Â
Tetapi, dalam situasi sekarang, sikap normatif seperti ini tidak terlalu menyenangkan.
Saya teringat ucapan dari Rocky Gerung yang merupakan pengagum Pak SBY, ia mengatakan demokrasi itu berisik karena setiap orang harus berbicara. Â