Tanggapan terhadap data vaccine tracker juga disampaikan Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban. Ia menuliskannya secara panjang melalui akun Twitter.
Menurutnya, analisis itu bisa keliru bisa benar. Dia mengambil contoh negara Amerika Serikat. Menurutnya Amerika belum bebas dari influenza meski vaksinnya sudah lama ditemukan.Â
Fakta lain, tambahnya, influenza memakan korban jiwa mencapai puluhan ribu orang tiap tahun di sana. Padahal, mereka adalah negara yang disebut maju dan kaya.
Untuk contoh lainnya, Zubairi Djoerban menghubungkannya pada penyakit HIV/AIDS yang belum tertangani sampai saat ini bahkan oleh negara maju sekalipun sejak kasus pertama dilaporkan pada 1981.
"Ya kalau analisis menyatakan Indonesia baru bisa bebas pandemi 10 tahun lagi, ya kemungkinan benar. Apalagi melihat fakta penyakit flu dan AIDS--yang sampai sekarang belum juga teratasi."
"Tapi, negara-negara lain yang diprediksi lebih cepat mengatasi pandemi Covid-19 ini juga kemungkinan salah. Kenapa? Ya saya pernah bilang bahwa Covid-19 ini berpotensi menjadi endemi baru, penyakit yang hanya ada di lokasi atau populasi tertentu," tulis Zubairi Djoerban.
Tanggapan terus bermunculan menyikapi laporan Bloomberg.Â
Kali ini, Epidemiolog UI, Pandu Riono dalam cuitannya mengatakan:
"Prediksi Indonesia tuntaskan vaksinasi sampai 10 tahun bisa saja terjadi kalau TIDAK lakukan strategi vaksinasi yg cerdas & inovatif untuk kendalikan Pandemi. Tim FKMUI buat simulasi strategi vaksinasi yg komprehensif. Kita bisa lebih cepat dg strategi pilihan yg tepat."
Hasil estimasi untuk mencapai wabah Covid-19 terkendali di Indonesia dapat dilihat di bawah ini, diunggah dari postingan Pandu Riono. Penekanannya terdapat pada pengendalian pandemi. Dari estimasi tersebut, disebutkan bahwa "wabah mulai terkendali di September 2021".