Saya sempat merasa tersentak melihat pernyataan tersebut--karena ekspetasi saya sebenarnya dapat mendengar kabar baik darinya.Â
Apa yang disampaikan Julie ini merupakan berita, tetapi bukan berita bahagia dalam memahami tekanan masyarakat akibat pandemi Covid-19.
Kecemasan Julie ini memiliki landasan.
Dalam pesan selanjutnya mengenai kehidupan mahasiswa, dia mengatakan, di Prancis, universitas memiliki otonom masing-masing dalam level manajemen internal.
Pemerintah, katanya, meminta universitas untuk secara bertahap melanjutkan perkuliahan tatap muka mulai dari awal tahun ini.
Akan tetapi persoalan mahasiswa itu sendiri diabaikan, tambahnya. Ini yang kemudian menimbulkan dampak terhadap mahasiswa.
"Ada banyak di antara kami yang tidak bisa lagi membayar sewa, kelas-kelas diatur dengan buruk secara online dan tidak semua dosen terlibat."
"Banyak yang berhenti kuliah dan tingkat depresi meningkat tajam," katanya.
Ia mengatakan, beberapa mahasiswa terpaksa tidur di dalam mobil mereka, bahkan sempat terjadi kasus percobaan bunuh diri. Lagi-lagi, pernyataan ini menghentakkan saya.
Apakah mahasiswa tidak menerima bantuan selama pandemi Covid-19?
Julie menjelaskan, di Prancis, beberapa mahasiswa yang memperoleh beasiswa mendapatkan bantuan di luar Covid-19. Tetapi jumlah insentif yang diterima mahasiswa dinilai tidak selalu cukup karena biaya hidup di kota-kota besar cukup mahal.