Kebetulan, KG dan temannya adalah warga keturunan, jadi beberapa pembela mereka menganggap tindakan warganet adalah suatu bentuk diskriminasi terhadap kaum tertentu.
Tuduhan rasis ini keliru diutarakan sebab yang dipersoalkan adalah tingkah laku dirinya. Apakah dia hitam, putih atau pink, itu tidak berhubungan dalam kasus ini.
Sekiranya bila memperhatikan cuitan lainnya, patutlah bahwa kelakuan mereka memang perlu dibenahi.
Misal, seorang warganet menanyakan tentang pajak yang dibayarkan rekannya, namun ia membalas, "Why would I have to pay taxes if I never made IDR? I pay American taxes for making USD"
Tanggapan di atas cukup mengecewakan yang menunjukkan bahwa dia kurang mampu memperlihatkan kepatuhan hukum, sosial dan budaya di lingkungannya. Terlebih ia seharusnya memiliki kesadaran untuk mengakui status kependudukannya secara hukum berbeda sebagai WNA.
Orang Indonesia bukan tipikal orang yang selaras untuk model pasar bebas.
Ketika seseorang mendapat keuntungan, ia harus membayar pajak kepada pemerintah, "pajak" kepada keluarga, "pajak" kepada teman dan sebagainya. Dia tidak dapat menikmati keuntungannya sendirian. Suka atau tidak, begitulah memang pergaulan ekonomi kita sehari-hari untuk menumbuhkan keakraban dan untuk menghindari timbulnya masalah seperti dikucilkan.
Ketidakadilan?
Saya berharap apa yang dikatakannya tadi hanyalah ungkapan spontan semata akibat menerima banyak tekanan dari netizen.Â
Mungkin lebih baik dia berkata, ya, saya menghormati hukum dan kebiasaan lokal di sini. Jangan sampai nalar nir-sejarah atau pola luar di sana dapat dibenarkan untuk dilakukan di mana saja di negeri ini hanya untuk memikirkan ego individu semata.
Pahit-pahitnya lagi, perbuatan mereka berpotensi tersandung masalah hukum jika aparat menelusuri lebih jauh. Ini tidak diharapkan.Â