Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Catatan Akhir Tahun 2020: Negara Berkembang Bantu Negara Maju

23 Desember 2020   06:40 Diperbarui: 23 Desember 2020   07:17 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan akhir tahun 2020 jilid IV, pengingat sepanjang tahun di masa-masa pandemi Covid-19 menyerang Indonesia dan negara lain.    

Riman Wahyudi, wartawan senior Jakarta dalam beberapa kesempatan menyisihkan waktu untuk mengunjungi warga desa di Kabupaten Lebak, Banten yang harus mengungasi akibat bencana longsor menerpa desa mereka.

Sejak setahun ini, ia menyambangi warga di lokasi hunian sementara dengan membawa makanan dan perlengkapan tidur yang bisa mencukupi kebutuhan di sana. Meski di bawah pandemi Covid-19, dorongan kemanusiaannya tidak pernah surut untuk membantu warga terdampak.

Perjalanan panjang dia tempuh dari Jakarta ke Lebak selepas menyelesaikan liputan. Dalam sejumlah kesempatan, ia juga datang ke lokasi dengan membawa bantuan para dermawan. Saat ini, ia bersama warga lokal tengah menyelesaikan pembangunan ruang baca dan mushola.

Apa yang ia lakukan di sana dapat dilihat dalam unggahannya di akun Twitter @RockersPantura. Pujian kerap diterimanya dari warganet yang dibalas olehnya dengan berkata bahwa dirinya "hanya perpanjangan tangan orang-orang baik."

Tindakan Wahyudi di Lebak adalah satu potret kemanusiaan di tengah bencana, pembawa secercah harapan.

Demikian di kala pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Awal tahun yang menyakitkan sebagian pekerja yang terkena PHK hingga menjalar pada turunnya daya beli masyarakat. Himpitan ekonomi adalah konsekuensi terbesar yang harus diterima penduduk.

Di sisi sebaliknya, para dermawan memberikan sebagian kekayaan mereka untuk disumbangkan.

Bantuan kemanusiaan itu tidak selalu berbentuk uang tunai.

Jerinx SID, misalnya. Penggebuk drum yang tinggal di Kuta, Bali ini membagikan paket makanan kepada warga sekitar yang mengalami kesusahan akibat sepinya kunjungan pelancong ke Bali. 

Pembatasan pergerakan dan kekhawatiran orang tertular virus corona menyebabkan Bali sepi dari keramaian yang biasa terlihat di bawah matahari.

Begitu juga dengan para pengusaha di Batam, mereka membagikan ratusan paket sembako dari Senin-Jumat untuk bisa dinikmati warga terdampak pandemi Covid-19.

Kisah kemanusiaan selama pandemi ini cukup banyak terukir untuk menggambarkan kebaikan hati orang-orang yang menutup lara sesamanya.

Kemanusiaan itu bisa lahir dari nurani bawaan, bisa pula menjadi titik balik dari perubahan yang timbul akibat guncangan pandemi Covid-19 yang hadir tiba-tiba sedari kemunculannya.

Perubahan itu terlihat pada warga Amerika Serikat yang dikenal sebagai individu liberal, yang yakin pada kemampuan diri sendiri. Begitu juga ketika orang gagal, itu merupakan tanggungjawab pribadinya semata. 

Tetapi, pandangan tersebut takluk.

Pemenang Nobel ekonomi 2020, Paul Milgrom mengatakan, selama Pandemi Covid-19, orang Amerika menyadari pentingnya intervensi pemerintah di sektor publik ketika mereka menyaksikan banyak toko ditutup dan orang-orang menganggur.

Di Inggris, penyerang Manchester United Marcus Rashford tanpa henti mengampanyekan bantuan makanan untuk jutaan anak-anak Inggris yang rentan, dari musim panas hingga memasuki musim dingin. 

Berkat jasanya, Ratu Elizabeth II menganugerahkan gelar kehormatan Member of British Empire (MBE).

Pun negara-negara maju segera tampil untuk memberikan bantuannya ke negara berkembang. Tetapi, krisis pandemi Covid-19 sulit diselesaikan bila sekadar mengukur etintas kaya dan miskin.

Kuba yang merupakan negara berkembang di perairan Karibia Amerika mencontohkannya. 

Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel mengutus 52 dokter, perawat dan profesional terampil dari negaranya untuk membantu Italia, negara yang secara struktur ekonomi lebih perkasa darinya, dalam memerangi Covid-19 sejak virus SARS-CoV-2 menyerang Italia di awal pandemi.

Memang kabar Kuba membantu Italia terkesan di luar nalar. Tetapi, itulah kenyataannya. Italia membutuhkan bantuan tenaga medis tambahan untuk mengatasi lonjakan kasus dan Kuba adalah negara yang terbuka untuk mengirimkan bantuan tenaga medis. 

Ketika gelombang kedua Covid-19 terjadi lagi di Italia, Komisioner Penanganan Covid-19 Sisilia, Renato Costa, mengingat kembali Kuba untuk bisa mengirimkan tenaga medis ke wilayahnya.  

Virus itu menyebar cepat dan tidak membedakan siapa orang yang ingin dihinggapinya.

Kuba juga menjadi satu-satunya negara yang bersedia memberi tempat bersandar untuk kapal pesiar Inggris MS Braemar yang diketahui membawa 5 penumpang terjangkit Covid-19 pada Maret lalu.

Penumpang MS Braemar mungkin tidak akan lupa atas sikap Kuba setelah dua kali ditolak berlabuh di Bahama dan Barbados yang notabene bagian British Commonwealth.

Sejak masa Revolusi, Kuba memang telah meletakkan masalah kesehatan sebagai bagian dari kemanusiaan yang harus dituntaskan. 

Dari situlah, pemerintahnya menyekolahkan banyak penduduk sebagai dokter menjadikan rasio perbandingan dokter dan 10.000 penduduk di sana tertinggi di dunia dengan skor 8,2 menurut data WHO dikutip dari Bloomberg.

Para tenaga medis yang dikenal dengan istilah prajurit seragam putih ini telah melaksanakan banyak misi kemanusiaan, seperti saat Afrika dilanda virus Ebola.

Tentunya, tulisan ini hanya mencuplik sedikit peristiwa-peristiwa kemanusiaan di tengah pandemi Covid-19.

Masih ada orang-orang di luar sana yang dengan rendah hati menolong mereka yang tidak pernah dikenal, baik yang hadir langsung ataupun bekerja senyap.

Tidak lupa juga, penghargaan setinggi-tingginya kepada para tenaga medis, relawan dan garda terdepan Indonesia yang bekerja dengan bertaruh nyawa dengan mengerahkan segala pikiran dan waktunya untuk menyelamatkan orang-orang terinfeksi Covid-19.

Mereka adalah orang-orang terpanggil yang bergerak untuk menyatu dalam realita melampaui ketakutan dan angan-angan luar biasa yang terpendam di dalam alam pikiran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun