Teruntuk udara yang dingin, yang kucinta embun, sang surya dan ayam tuaku. Bulan tempatku bersandar.Â
Teruntuk kembang yang layu, dibasahi gelap gulita,
dan foto kanak-kanakku
Aku malam ini memiliki mimpi, yang terbang melampaui semua siksaan dunia
Menyemai yang terluka
Menghirup jeritan penindasan
Dalam suatu perjalanan di belantara,
dua insan manusia berjalan tersendat, satu dan yang lain merangkul cahaya bulan
membelai seperti mendapati kebebasan
Gadis itu memiliki kecantikan mematikan
Ia menjepit LV dengan rantai emas yang terikat
Lihat, bahagianya mereka
Dan betapa memilukannya aku duduk di sana
Melampiaskan hasrat seperti kucing meraung di gelap malam
Nafasku, ah, lebih beracun dari kebencianku
Dan mimpiku berakhir
dengan keterlanjuran, semuanya terbangun
dari sebuah berita tentang korupsi
Efrem Siregar, 26 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H