Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Setelah RANS Entertainment, Logo UMKM Boleh Dong Muncul di Garuda Indonesia

2 September 2020   02:56 Diperbarui: 2 September 2020   10:06 1135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Logo RANS entertainment di pesawat Garuda Indonesia. (Foto: Instagram/raffinagita1717)

Ide liar saya tentang bagaimana pasar UMKM semakin luas lewat digitalisasi muncul ketika melihat postingan Instagsram Raffi Ahmad dua hari lalu.

Dalam postingannya, Raffi Ahmad bersama sang istri dan putranya berfoto di depan badan pesawat Garuda Indonesia.

Foto tersebut menampakkan logo RANS entertainment terpampang di badan pesawat Garuda Indonesia. Seketika foto tersebut viral. Dan sangat istimewa.

Banyak orang menjadi kagum. 

Akan tetapi yang menjadi pertanyaan, bagaimana bisa logo RANS entertainment ditempel di badan pesawat?

Kemungkinannya ialah, Raffi Ahmad mempunyai kepemilikan saham besar di korporasi. Kedua, dia mempunyai kontribusi dalam pengembangan industri penerbangan.

Ketiga, dia berhasil menciptakan teori ilmiah untuk pengembangan pesawat terbang. Keempat, yang paling utama adalah dan lain-lain.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra pun angkat bicara. 

Dalam berita Kompas.com, Irfan mengatakan bahwa logo RANS di pesawat Garuda Indonesia merupakan kejutan untuk Raffi Ahmad karena Raffi pernah mendukung acara IG Garuda Indonesia Talks.

Dari sini, saya menemukan ide.

Garuda Indonesia dan RANS entertainment adalah dua entitas bisnis yang berbeda. Garuda di penerbangan, dan RANS di dunia hiburan.

Tetapi dalam kondisi sekarang dengan adanya pandemi corona, efeknya menjadi berbeda untuk keduanya.

Operasional Garuda Indonesia terbatas karena kekhawatiran orang untuk pergi ke daerah lain dan aturan pembatasan aktivitas warga selama pandemi. Akibatnya, pemasukan tipis, sementara beban operasional yang harus dibayar sangat tinggi.

Sebaliknya, Raffi Ahmad dan pelaku industri hiburan lainnya dapat bertahan dan menerima keuntungan selama pandemi.

Orang-orang menghabiskan banyak waktu mereka di rumah. Supaya tidak suntuk, mereka menghibur diri dengan menyaksikan video-video di YouTube.

Data juga menunjukkan, sektor teknologi informasi tumbuh selama pandemi mengikuti sektor kesehatan, pendidikan dan pangan.

Raffi Ahmad adalah contoh pelaku usaha yang beruntung. Kehadiran logo RANS di badan pesawat Garuda Indonesia, secara tidak langsung mengangkat value RANS entertainment.

Nah, apa hubungannya ke UMKM?

Sebagimana diketahui, pemerintah saat ini tengah berusaha mendorong produktivitas UMKM untuk membantu pemulihan ekonomi nasional. UMKM menjadi tulang punggung untuk mencegah krisis besar di Indonesia.

Tetapi, UMKM cukup terpukul karena pandemi. Adapun yang bertahan adalah UMKM yang sudah tersambung dengan digitalisasi.

Raffi Ahmad bisa menjadi contoh pembandingan. Dia adalah artis yang sudah beralih dari industri TV menuju YouTube. 

Namun, rekan artis dan pelaku hiburan lainnya yang lebih banyak memanfaatkan acara off-air, mungkin mengalami kesulitan untuk menemukan jobs akibat larangan mengumpulkan banyak orang selama masa pandemi.

Nah, untuk UMKM, jumlah pelaku usaha yang tersambung secara digital hanya sekitar 13% dari seluruh UMKM, menurut Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki. Jumlah yang sangat sedikit.

Sekarang, pemerintah berupaya menggenjot dengan menargetkan 10 juta UMKM masuk dalam ekosistem digital atau go digital sampai akhir tahun. 

Belum lagi target lainnya untuk melakukan pembinaan kepada startup atau pelaku usaha baru yang mungkin akan bertambah banyak karena pekerja PHK berpikir untuk membuka usaha dan menyelesaikan program Kartu Prakerja.

Semua sepakat bahwa digitalisasi menjadi hal penting sekarang.

Hanya saja, ketika UMKM baru tersambung ke dunia digital, tentu yang diharapkan adalah sustainable atau berkelanjutan. 

Berbicara soal sustainable, maka hal pertama dan sangat mendasar yang tetap diperhitungkan adalah profit. Profit erat hubungannya dengan produktivitas dan pemasaran.

Cara terbaik untuk menaikkan produktivitas adalah bekerja secara efektif dan efisien. Lalu untuk pemasaran adalah membuat nilai tambah kepada produk dan branding usaha itu sendiri. Salah satu triknya adalah afiliasi.

Pemerintah sudah siap menjadi pembeli untuk UMKM melalui komitmen belanja pengadaan barang dan jasa hanya untuk produk dalam negeri sebagai bentuk support kepada UMKM.

Sementara, bagaimana dengan UMKM yang tidak memenuhi kriteria untuk kebutuhan belanja pemerintah? Ini perlu ide baru.

Tentu saat UMKM memasuki iklim digital yang baru, mereka akan sangat mungkin berhadapan dengan kejenuhan karena kenaikan drastis pelaku UMKM baru di dunia digital.

Mereka sudah mati-matian berusaha melaksanakan semua tips pemasaran, namun hasilnya bisa jadi nihil. Maka, di sinilah pemerintah harus intervensi.

Alat ukur digitalisasi sering diukur dengan kuantitas atau algoritma yang mungkin saja bisa diakali dengan cara-cara tertentu.

Namun, untuk menjaga keberlanjutan, tentu kita membutuhkan usaha yang bagus dan berkualitas. 

Tidak sedikit pelaku UMKM yang bagus-bagus itu justru tenggelam saat bertempur di dunia digital. 

Banyak anak-anak muda barangkali kebingungan ketika melihat produk atau jasa perusahaan tertentu karena baru nongol sekarang.

Maka cara kreatifnya adalah pemerintah membantu branding mereka. Agar efektif dan efisien, pemerintah melalui BUMN dan K/L bisa melakukan afiliasi untuk membantu pemasaran UMKM.

Sebagai contoh, logo UMKM A bisa terpampang di badan pesawat Garuda Indonesia. Siapa sih yang tidak termotivasi ketika logonya muncul di maskapai terbesar nasional?

Kedua, para pejabat menjadi influencer untuk mengenalkan produk UMKM yang mereka pakai.

Misalnya, salah satu pejabat memakai kemeja dari UMKM B, kemudian logo UMKM B ini dipasang sebagai background saat rapat zoom. 

Atau pejabat tersebut memberikan review produk dan jasa di akun medsos masing-masing.

Hasilnya yang mungkin didapatkan: pertama, pelaku UMKM akan bersemangat untuk meningkatkan lini usaha mereka.

Kedua, potensi pasar UMKM akan semakin luas sehingga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap produk dalam negeri. UMKM untung dan masyarakat puas karena memakai produk dan jasa sama dipakai oleh pejabat.

Mungkin ini dianggap akan merugikan pasar influencer, tetapi yang terjadi sekarang pemerintah harus memakai power untuk membuktikan keterlibatan di pemulihan ekonomi secara nyata.

Ini ide liar, tetapi cukup masuk akal. Lagipula, selama pandemi corona ini, kita membutuhkan banyak ide-ide luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun