Ia merujuk sejarah Olimpiade kuno di mana olahraga kala itu dijadikan sebagai instrumen ritual untuk pemujaan dewa Zeus di kaki gunung Olympus.Â
Sementara di Olimpiade modern, olahraga berubah menjadi media untuk mempromosikan perdamaian dan persaudaraan.
Dalam konteks kekinian di mana era semakin berubah karena kemajuan teknologi digital, European E-Sports Federation (EEF) yang berdiri pada Februari 2020 lalu memberikan pandangan tentang e-sports dengan refketif.
Ada 23 organisasi e-sport dari berbagai negara di Eropa dan 3 stakeholder yang bergabung dalam EEF
Dalam websitenya, EEF menuliskan salah satu tujuan berdirinya federasi mereka adalah membangun platform kepada anggota dan pendukung e-sport.Â
Mereka mengembangkan dan mempromosikan e-sport sebagai aktivitas yang sadar, bertanggung jawab, berkelanjutan, inklusif, sehat, dan berbasis nilai.
Federasi ini mengakomodasi perubahan yang terjadi di dunia digital, membangun demokrasi yang koordinatif, menghargai perbedaan, melawan pengaruh toxic, dan membangun sistem berkelanjutan dan sehat di komunitas.
Jadi, kehadiran e-sport boleh dikatakan datang dalam perubahan zaman, yaitu era digital tanpa melupakan unsur tenaga manusia sebagai bagian e-sport.
Ketua Harian PBESI Komjen Pol Bambang Sunarwibowo dalam laporan wartakotalive.com mengatakan, terpilihanya e-sports sebagai cabang olahraga karena permainan ini mengandalkan tenaga berupa kecepatan, ketangkasan, dan strategi dari manusia. Sama halnya dengan jenis olahraga lain.
Di samping itu, keikutsertaan e-sport di SEA Games dan Asian Games sebelumnya juga menjadi pertimbangan yang membuat e-sport layak masuk sebagai cabang olahraga di Indonesia.
Di akun Instagram @pbesi_official, ucapan selamat mengalir kepada PBESI atas pengakuan e-sport sebagai cabang olahraga berprestasi, termasuk ucapan selamat dari Dennis Adishwara, pemain film yang juga bergelut di dunia gim elektronik.