Perusahaan perencanaan keuangan PT Jouska Finansial Indonesia atau Jouska menggegerkan masyarakat Indonesia selama sepekan terakhir.
Berat dugaan, Jouska melaksanakan tugas di luar wewenangnya sebagai  penasihat keuangan.
Jouska diduga mengarahkan kliennya menandatangani kontrak pengelolaan rekening dana investor (RDI) dengan perusahaan berafiliasi Jouska Indonesia, PT MSI untuk pengelolaan dana investasi.
Namun, yang terjadi belakangan, para kliennya mengalami kerugian akibat pembelian saham dan reksadana yang nilai portofolionya anjlok.Â
Inilah gambaran sederhana kemelut antara Jouska dan kliennya yang menghangat sepekan terakhir.
Jauh sebelum dugaan ini mengerucut, sejumlah klien Jouska sudah menaruh curiga pada pengelolaan dana mereka.
Maka, mulailah para klien angkat bicara.
Satu, dua, hingga akun media sosial memberikan pengakuan atas kerugian yang mereka alami.
Cerita-cerita ini dapat disimak di platform Twitter, Instagram dan media sosial lainnnya.
Jouska beberapa kali menjadi trending di Twitter.
Peristiwa ini menarik media massa untuk mengangkat kasus Jouska dalam pemberitaan.
Seperti biasa, awal-awal mencuatnya isu, tarik-ulur dan perang komentar di jagat maya mewarnai perdebatan atas kasus Jouska.
Hingga akhirnya, Satgas Waspada Investasi (SWI) memberi pernyataan setelah menggelar pertemuan virtual dengan PT Jouska Finansial Indonesia.
Salah satu poin yang SWI putuskan: Menghentikan kegiatan PT Jouska Finansial Indonesia yang melakukan kegiatan usaha sebagai Penasehat Investasi dan/atau Agen Perantara Perdagangan Efek tanpa izin.
Founder sekaligus CEO PT Jouska Finansial Indonesia Aakar Abyasa Fidzuno telah angkat bicara melalui akun Instagram.
Ia meminta maaf kepada semua pihak terutama klien Jouska karena, "kami telah menimbulkan keresahan dan kegaduhan dengan pemberitaan yang muncul di media maupun di sosial media beberapa hari terakhir ini."
CNBC Indonesia vs Jouska
Belum selesai perkara klien dan Jouska, terbit lagi satu isu baru: CNBC Indonesia vs Jouska.
Sebabnya, CNBC Indonesia getol mengangkat kasus Jouska.Â
Beberapa warganet curiga dengan perangai CNBC Indonesia yang terus-menerus setiap hari mengangkat berita Jouska.
Pengakuan para klien dijadikan judul, kerugian klien selalu dikejar.Â
CNBC Indonesia dianggap berlebihan dalam memberitakan Jouska.
Sehingga timbul pertanyaan, ada apa antara CNBC Indonesia dan Jouska?
Drama CNBC Indonesia vs Jouska beriringan dengan masalah Jouska dan kliennya.
Terkait CNBC Indonesia vs Jouska, Kompasianer Tutut Setyorinie pernah mengulasnya di sini.
Mencuatnya drama CNBC Indonesia vs Jouska salah satunya terlihat dari cuplikan chat percakapan anonimus yang beredar luas setelah diunggah akun Twitter @trickyinvestor pada pekan lalu.Â
Dari isi chat, ada dugaan bahwa CNBC Indonesia menyimpan 'kekecewaan' terhadap Aakar, bos Jouska saat hendak diundang sebagai pembicara dalam satu event.
"CNBC vs Josuke. Here we go," tulis @trickyinvestor sambil menyertakan tangkapan layar percakapan anonim.
Namun, cuitan @trickyinvestor sudah tidak tersedia lagi di Twitter.
Membaca postingan @trickyinvestor, warganet semakin yakin ada udang di balik batu dari CNBC Indonesia terhadap Jouska dalam pemberitaannya.
Benarkah ada dendam antara CNBC Indonesia dan Jouska?
Sebagai mantan wartawan CNBC Indonesia, saya sempat ditanyai teman apa yang sebenarnya terjadi antara CNBC Indonesia dan Jouska.
Ia nampaknya mulai meyakini CNBC Indonesia sedang melakukan 'aksi balasan' atau 'dendam' terhadap Jouska.
Saya merasa terpanggil untuk menanggapi isu CNBC Indonesia vs Jouska, tentunya atas nama pribadi.
Saya sangat yakin, CNBC Indonesia memberitakan Jouska secara terus-menerus bukan sebagai 'aksi balasan'.
Mengapa demikian?
Sudah sewajarnya CNBC Indonesia mengangkat isu Jouska mengingat dia adalah media yang khusus menggeluti isu perekonomian nasional maupun kaitannya dengan ekonomi internasional, mulai dari sektor riil hingga sektor keuangan.Â
Selama bekerja di CNBC Indonesia, saya melihat kerja redaksi selalu diasaskan dengan kewajaran, dalam arti mementingkan kepentingan pembaca dan masyarakat.
Usulan topik bisa disampaikan oleh siapapun, secara egaliter tanpa memperhatikan apakah dia reporter, editor atau pemimpin redaksi.
Keputusan memang ada pada rapat redaksi, namun suara reporter lapangan yang menangkap banyak fenomena tidak dapat diabaikan.
Secara garis besar, topik dipilih atas dasar apakah isu berkaitan dan berdampak luas pada perekonomian nasional atau tidak.
Apakah redaksi pernah membuat topik sebagai 'balas dendam' terhadap satu lembaga atau perusahaan karena alasan pribadi?
Jawabannya, tidak pernah.
Mengapa CNBC Indonesia sangat getol memberitakan Jouska? Apakah ini tidak berlebihan?
Dugaan CNBC Indonesia yang berlebihan dalam memberitakan Jouska, menurut saya, merupakan sebuah kesimpulan yang subjektif.
Ini menyangkut pada sense atau kepekaan dari pembaca. Pro dan kontra memang hadir bergantian.
Namun, CNBC Indonesia bukan kali pertama mengangkat isu dan memberitakannya maraton selama beberapa pekan.
Sebagai contoh, redaksi pernah mengangkat kasus Jiwasraya, kenaikan Upah Minimum, Omnibus Law, pajak Netflix dan seterusnya dan seterusnya.
Jumlah berita jauh lebih banyak ketimbang Jouska.
Sebagai pembanding, isu pajak Netflix sama barunya bagi publik dengan isu Jouska ketika diangkat.
Namun, tidak mungkin menyimpulkan ada 'drama' antara CNBC Indonesia vs Netflix, mengingat potensi pajak yang bisa dikantongi dari layanan Netflix yang selama ini belum sepenuhnya dapat digarap Dirjen Pajak.Â
Silakan cek menu topik pada kanal berita untuk menemukan beragam topik yang diulas CNBC Indonesia sejak berdirinya pada 2 tahun silam.
Saya tidak dalam usaha membela CNBC Indonesia, hanya saja, 'drama' CNBC Indonesia vs Jouska cukup menggelitik.
Dugaan CNBC Indonesia vs Jouska pun berangkat dari percakapan anonimus. Sulit diyakini kebenarannya.
Memaknai adanya peseteruan CNBC Indonesia dan Jouska hanyalah upaya menjaring angin, menghabiskan tenaga pihak terkait dan pembaca.
Jikapun Anda ingin menemukan kebenarannya, silakan mencari strategi untuk membuktikannya.
Namun yang amat disayangkan adalah kerugian klien yang seharusnya diperhatikan, seolah dinafikkan dengan menggerakkan cara-cara entertainment.
Cara yang demikian telah melecehkan masyarakat yang sungguh-sungguh ingin belajar dan melek investasi demi masa depannya.
Apalah susahnya berempati pada korban.
Ada pengaduan klien, ada kerugian.
Apalah susahnya kritis agar kita semakin kebal dan tidak mudah terperdaya janji-janji manis dengan iming-iming keuntungan besar.
Fakta pula mengatakan bahwa SWI telah mengeluarkan putusan pada Jouska yang mengharuskan mereka menyelesaikan masalah dengan kliennya.
Ditambah lagi, perdebatan CNBC Indonesia vs Jouska tidak akan pernah menyelamatkan klien dari kerugian mereka atau melepaskan Jouska dari tanggungjawabnya seperti yang diputuskan SWI.
Perkara Jouska di satu sisi dianggap kecil, namun tidak bisa dianggap sederhana.Â
Ia telah berhasil meyakinkan banyak warganet, terutama generasi muda, sehingga banyak orang kini melek dan sadar pentingnya pengelolaan keuangan.
Akan tetapi, kepercayaan itu telah dilanggar.
Mengembalikan kepercayaan bukan perkara mudah.
Ini butuh waktu lama dan menguras banyak tenaga dan pikiran.
Jadi, menjawab pertanyaan ada apa dengan CNBC Indonesia dan Jouska?
Ya tidak ada masalah apa-apa.
Saya pikir, CNBC Indonesia hanya menjalankan tugasnya sebagai 'watchdog' atau pengawas demi kepentingan publik.
Apalagi penyelidikan atas kasus Jouska tetap bergulir untuk mengurai dugaan-dugaan pelanggaran yang dilakukan Jouska.Â
Kritik terhadap CNBC Indonesia -dan media lainnya- tetap diperlukan, bahkan sangat dianjurkan, agar kasus selesai terungkap sesuai koridor dan berharap praktik-praktik serupa tidak muncul lagi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H