Mohon tunggu...
Efrem Siregar
Efrem Siregar Mohon Tunggu... Jurnalis - Tu es magique

Peminat topik internasional. Pengelola FP Paris Saint Germain Media Twitter: @efremsiregar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Remaja AS Bunuh Diri karena Trauma, Pelajaran untuk Keluarga

24 Maret 2019   16:27 Diperbarui: 24 Maret 2019   18:07 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Unsplash/Kristina Tripkovic

Sydney Aiello, pelajar Sekolah Marjory Stoneman Douglas, Parkland, Florida, AS, merindukan kehadiran sahabat sejatinya Meadow Pollack. Namun, semua orang tahu bahwa hal itu tidak mungkin terjadi.

Sang sahabat Meadow Pollack telah berpulang ke pangkuan Sang Pencipta. Ia adalah korban penembakan brutal yang dilakukan Martines Cruz pada Februari 2018 silam.

Aiello sebenarnya ada di sekolah saat penembakan, namun di lokasi terpisah. Dia selamat dari maut, namun tangisan tiada henti membasahi pipinya.

Beberapa hari setelah penembakan, ia menuliskan ungkapan dukacita kepada sahabatnya. "You are the key 2 my heart," tulis Aiello di akun media sosialnya dikutip dari MiamiHerald.com, Jumat (22/3/2019).

Aiello sangat menyesalkan dirinya terlalu lama pascakejadian. Ia menghadapi sebuah kekalutan. Hari-hari Aiello yang dikenal ceria berubah menjadi kelabu. Ia terus berjuang melawan ketakutan akibat penembakan yang sangat biadab itu.

Sang Ibunda, Cara, beberapa kali melihat Aiello berada dalam keadaan rapuh. Namun, Aiello tidak meminta bantuan meski ia terpuruk sehingga semua terlihat berjalan baik.

Bulan demi bulan berlalu setelah kejadian. Namun, musim panas hingga turunnya salju tidak lantas melenyapkan trauma yang begitu menancap di pikiran Sydney.

Duka di ujung kisah. CBSMiami.com, Kamis (21/3/2019) memberitakan, Aiello memilih mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Gadis yang bercita-cita sebagai perawat medis ini meninggal dunia pada 17 Maret 2019, hari Minggu lalu dalam usia 19 tahun.

Stop untuk bersikap acuh!

Sang Ibu, Cara, tidak ingin terlarut terlalu lama menangisi kematian Aiello. Ia ingin kejadian ini menjadi pembelajaran kepada orang lain. Saudara Pollack dalam cuitannya setelah kematian Aiello meminta orang-orang mendoakan keluarga yang ditinggalkan.

Keluarga adalah tempat terakhir untuk menampung semua kesedihan, ketakutan, penyesalan sekaligus mengakhiri semua duka ini.

Alaina, saudara perempuan Ryan Petty yang juga korban lain dari penembakan di Parkland, mengingatkan anggota keluarga untuk aktif bertanya kepada sang anak saat tanda-tanda keinginan bunuh diri itu mulai terlihat.

Alaina menyadari keadaan ini dapat menimbulkan traumatik kepada para remaja yang menjadi korban akibat penembakan itu. Ia kini fokus untuk membangkitkan semangat remaja tersebut untuk keluar dari ketakutan mereka.

"Saya turut berdukacita atas kepergian Aiello menjadi korban setelah penembakan tersebut. Nasihat saya kepada orangtua adalah bertanya, jangan menunggu," katanya kepada CBS 4 News.

Ia mengatakan, ada beberapa pertanyaan kritis yang dapat diajukan kepada orang yang bergelut dengan keinginan bunuh diri.

"Beberapa pertanyaan yang perlu diajukan adalah, apa kamu berharap untuk meninggal dan tidak bangkit dari kejadian ini? Pertanyaan kedua, apakah kamu pernah berpikir untuk bunuh diri?" kata Aliana.

Masih dari sumber yang sama, Cindy Arenberg Seltzer, Presiden dan CEO  Children's Services Council of Broward County juga menyampaikan pendapat senada.

Menurutnya, penting bagi orangtua untuk mengetahui tanda-tanda keinginan bunuh diri sang anak. Tanda-tanda itu dapat terlihat ketika anak, misalnya, menyakit diri mereka sendiri atau tidak mengambil peran dalam aktivitas penting.

Tanpa bermaksud menghakimi, keluarga bagaimanapun harus menjadi bagian yang memberikan kenyamanan kepada sang anak, alih-alih menghakimi mereka yang justru memperdalam kesedihan di batin mereka.

Dukungan kepada anak hanya memungkinkan terjadi apabila keluarga memiliki kepekaan. Tidak semua orang mampu menyembuhkan kesedihannya secara mandiri, apalagi sumber kegelisahan itu ternyata datang dari keluarga.

Seperti yang dikatakan Seltzer, ia lebih lanjut menjelaskan, "orangtua harus sedikit lebih aggresif ketika mereka melihat tanda-tanda (bunuh diri) tanpa menunggu anak-anak meminta pertolongan."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun