Menkeu Sri Mulyani tidak sepopuler Menteri KKP Susi Pudjiastuti dalam jagat dunia maya. Namun, namanya seketika melejit setelah ia dinobatkan sebagai menteri terbaik di dunia versi World Government Summit yang terselenggara di Dubai, UEA.
Suatu pencapaian yang mampu menyebarkan aura positif kepada masyarakat Indonesia.
Nama Sri Mulyani sempat menempati trending topic pada Senin, (12/2). Pelbagai pujian dan apresiasi disampaikan warganet terhadapnya. Lebih manis lagi, Sri Mulyani mempersembahkan penghargaan tersebut kepada rakyat Indonesia dan seolah menjungkirbalikkan tudingan miring terhadap dirinya.
Namun, bagaimanapun tingginya penghargaan itu, sekali pun dinilai oleh tim independen, Sri Mulyani juga dihadapkan pada persoalan ekonomi dalam negeri.
Wakil Ketua DPR Fadli Zon meragukan pencapaiannya selama ini. Dalam cuitannya di Twitter, Fadli Zon menyoroti kegagalan target pajak, impor naik, dsb, untuk menggambarkan kontradiksi keberhasilan Sri Mulyani dalam posisinya sebagai Menkeu.
Belum juga lepas dari ingatan publik ketika Fadli disindir karena kritiknya terhadap Susi Pudjiastuti sewaktu ultah Gerindra, ia kena sindir lagi oleh warganet untuk kali keduanya karena cuitannya tentang Sri Mulyani di Twitter sehari setelah penghargaan itu.
Gaya komunikasi Fadli Zon dalam menyampaikan kritik seolah mendistorsi nalar kritis untuk mengawasi pemerintah. Fenomen itu linier pada kondisi sebagian besar publik yang menggantungkan nalarnya mengikuti sosok tertentu.
Hilangnya nalar kritis dalam politik semakin nyata karena publik tidak menemukan saluran lain selain melalui DPR. Masyarakat merasa lebih nyaman dan leluasa berbicara di media sosial.
Hanya saja, diskursus yang terbangun di media sosial selama ini dengan terang benderang telah mengotakkan ide untuk dikategorikan sebagai pihak yang pro atau kontra terhadap Presiden Jokowi.
Sri Mulyani telah mematangkan reputasinya dalam suatu simbol dengan penghargaan itu, yang semakin dikuatkan lewat dukungan Jokowi terhadapanya dan sikap skeptism Fadli Zon.