Boleh setuju, boleh juga tidak tentang kebijakan yang diambil. Keberpihakan presiden sudah jatuh untuk rakyat. Jokowi adalah manusia, menjadi presiden sebagai manusia biasa. Sama halnya dengan rakyat. Tapi, manakala ambil keputusan, ia boleh dikatakan Adi-Manusia. Segala sektoral terbalik, yang bahagia berubah muram. Lain hal dengan pemimpin yang didaulat sebagai manusia setengah dewa. Dahulu saat menjadi manusia, menangis mati kelaparan, setelah menjadi dewa lupa dengan perut. Kelemahannya adalah lupa. Lupa musim hujan, lupa musim kemarau, kecuali musim pemilihan.
Seperti biasa, tabiat kita yang dianggap absurd, ragu-ragu setipis dengan hujatan, masih berseliweran. Dan seperti biasa, satu tambahan lagi, bahwa itu terjadi menjelang dan saat musim pemilihan. Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H