Tari Ma'badong merupakan tarian kedukaan suku Toraja pada upacara kematian yang dilakukan bersama secara berkelompok. Para penari (pa'badong) membentuk lingkaran dan saling berpegangan tangan dengan saling mengaitkan jari kelingking.
Sedangkan pemotongan kerbau bagi masyarakat adat Toraja, diyakini tidak hanya sebagai lambang kesejahteraan. Namun kerbau juga dimaknai sebagai lambang kekuatan untuk tunggangan arwah menuju nirwana.
Dalam prosesi kematian orang Toraja, semakin banyak kerbau yang dikurbankan, maka kian baik kehidupan sang mendiang di alam baka.
Tentu tradisi adat dalam pemakaman tersebut sudah melalui pembahasan dan kesepakatan pihak keluarga. Baik yang ada di Toraja maupun dari luar Toraja. Kesepakatan dilakukan secara musyawarah mufakat terhadap berbagai item acara.
Harus diakui kesuksesan acara di Toraja, sangat ditentukan oleh adanya tradisi gotong-royong yang melibatkan keluarga dan masyarakat. Demikian pula dalam acara pemakaman yang digelar di dusun Kendenan.
Semua rangkaian acara termasuk gotong-royong yang melibatkan masyarakat, dikawal langsung kepala Lembang Ma'dong Gusti Sanggola. Dimana masih saudara langsung dengan almarhumah.
Dengan adanya tradisi gotong-royong yang masih dipertahankan di Toraja, membuktikan bahwa adanya kemajuan informasi dan teknologi, tidak mendegradasi budaya gotong-royong yang sudah menjadi tradisi turun temurun masyarakat Toraja.
Di satu sisi, tradisi gotong-royong dalam tradisi adat budaya Toraja telah menjadi salah satu elemen wisata di Toraja. Berupa atraksi wisata yang diminati oleh pengunjung dan wisatawan mancanegara.
Di tengah era digitalisasi saat ini, tradisi gotong-royong yang ada di Toraja maupun daerah lain di Indonesia, perlu terus dieksplor. Agar kearifan lokal warisan leluhur tersebut tetap lestari dan tak lekang oleh waktu.