Kota Palu sebagai ibukota Provinsi Sulteng yang banyak didatangi pengunjung dari luar daerah, Maka perlu ketersediaan beragam produk UMKM yang menjadi oleh-oleh untuk dibawa pulang pengunjung. Serta memenuhi permintaan dari luar daerah. Â
Keempat, dataran lembah Kota Palu yang memiliki lahan luas yang potensial untuk pengembangan komoditi tanaman pangan dan hortikultura. Tentu pengembangan komoditi tersebut disesuaikan dengan kondisi lahan dan cuaca di Kota Palu.
Jika potensi lahan itu dikelola  maksimal, maka bisa menjadi destinasi komoditi yang sekaligus kesiapan untuk kemandirian pangan. Serta untuk memenuhi kebutuhan logistik di Ibu Kota Nusantara (IKN), di mana Sulteng berperan sebagai daerah penyangga.
Kelima, keberadaan hunian tetap (Huntap) di beberapa spot Kota Palu seperti huntap Tondo I, Tondo II, Duyu, Talise dan lainnya, bisa menjadi destinasi rehab rekon pasca bencana, sebagai destinasi percontohan bagi daerah lain di Indonesia.
Kita ketahui pembangunan huntap merupakan bagian dari program rehab rekon pasca gempa tahun 2018 lalu. Di mana huntap dibangun sebagai sebuah kawasan yang nyaman bagi penyintas bencana.
Dengan adanya destinasi tersebut, stakeholder di daerah lain di Indonesia bisa melihat langsung sekaligus studi banding, terhadap kawasan hunian dengan infrastruktur yang memadai. Termasuk areal terbuka hijau yang representatif.
Keenam, kota Palu terdapat kawasan ekonomi khusus (KEK), pergudangan dan pabrik yang mengafirmasi Palu sebagai kota industri. Di mana perlu dukungan kebijakan, instrumen dan prasarana yang berdampak pada masuknya investor.
Sebagai kota industri, maka pastinya memacu masuknya retribusi dan pendapatan daerah dari sektor industri dan perdagangan. Di mana pendapatan tersebut akan terpulang dalam APBD, untuk membiayai kebutuhan masyarakat Palu. Â
Dengan tagline Kota Palu Destinasi dan Industri, pasangan Handal secara sadar menempatkan Palu dalam dimensi geopolitik. Di mana di satu sisi berada di kawasan Selat Makassar yang berhadapan dengan IKN.
Sementara di sisi lain, sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Pulau Sulawesi. Di mana pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh sektor industri pengolahan.