Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Mengedepankan Spirit Kesetaraan di Ajang Olimpiade

7 Agustus 2024   13:01 Diperbarui: 7 Agustus 2024   21:20 525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen foto bersama atlet Korea Selatan, Korea Utara dan China di Olimpiade Paris. (Dokumentasi AFP/JUNG YEON-JE via Kompas. Com) 

Di tengah rivalitas ketegangan dua negara di semenanjung Korea tersebut, aksi selfie para atlet yang mewakili negaranya itu, menjadi bukti kesetaraan di olahraga bisa menjadi perekat keharmonisan dan kebersamaan.

Bahwa dalam dimensi geopolitik, antar negara bisa saja saling berkonflik. Namun dalam dimensi olahraga, harus tetap menjaga semangat sportivitas dan keakraban. Itulah esensi dari kesetaraan di olahraga yang harus dikedepankan oleh seluruh elemen yang terlibat.

Dan yang menjadi teladan dalam spirit kesetaraan adalah atlet bulutangkis China He Bingjiao yang sengaja membawa atribut Spanyol berukuran kecil, saat upacara pengalungan medali. Aksi itu sebagai bentuk respek kepada Carolina Marin yang ia kalahkan di semifinal.

Seluruh dunia melihat aksi tersebut membawa pesan nilai, bahwa sebagai pemenang harus tetap menghormati yang kalah. Harus menempatkan sesama atlet dalam kesetaraan. Baik saat di berada atas panggung juara, maupun saat sedang berlaga.

Itulah yang ditunjukkan peraih medali emas bulutangkis putri asal Korsel An Se-young, sesaat setelah mengalahkan atlet Indonesia Gregoria Mariska Tunjung di semifinal. Dimana ia mengajak seluruh penonton di stadion memberi aplause kepada Gregoria, untuk menghargai perjuangannya.

Gregoria sendiri meraih medali perunggu dari cabang bulutangkis tanpa harus melakukan pertandingan. Medali itu menjadi medali pertama bagi Indonesia di Olimpiade Paris. Walau merebut medali tanpa bertanding, Gregoria mengaku itu bukan cara yang ia inginkan dalam meraih medali.

Dari cabang Voli putri, pelukan persahabatan terjadi antara atlet Turki Melissa Vargas dengan atlet China Wang Yuan, menjadi momen mengharukan disaksikan oleh penonton. Pelukan diberikan Vargas untuk menghibur Yuan yang bersedih, usai Turki mengalahkan China di perempat final.

Luar biasa, dalam momen kemenangan pun masih menyempatkan memberi respek kepada yang kalah. Tidak saling menjatuhkan, sebaliknya saling mengangkat dan menguatkan. Dan itu sudah ditunjukan para atlet di ajang Olimpiade 2024.

Seandainya saja hal ini bisa dipraktekkan oleh para pemimpin dunia di manapun berada, mungkin tidak ada konflik (perang) yang terjadi di belahan dunia ini.

Semoga spirit kesetaraan yang berhembus dari ajang Olimpiade Paris, bisa membawa angin perdamaian bagi bumi, dimana segenap umat manusia berpijak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun