Di bawah langit biru sore hari. Di atas ketinggian pegunungan. Serta diterpa hembusan angin sepoi-sepoi. Sejauh mata memandang, terlihat hamparan landscape alam yang mempesona. Terungkap rasa kagum atas karya Sang Khalik.
Itulah destinasi desa wisata paralayang Wayu di Kecamatan Marawola Barat, Kabupaten Sigi, Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng). Berada di ketinggian pegunungan Gawalise, sekitar 800 meter dari permukaan laut dengan view alam yang menarik.Â
Desa Wayu merupakan salah satu desa wisata yang diusulkan oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Sigi, untuk ajang penganugerahan desa wisata oleh Kementerian Ekonomi Kreatif dan Pariwisata (Kemenparekraf) pada tahun 2022 lalu.
Mengunjungi destinasi tersebut, wisatawan akan dapat melihat langsung pesona lembah Palu dari ketinggian gunung. Juga dapat menikmati landscape pegunungan Gawalise dengan keindahan alamnya yang eksotis.
Saya sendiri sudah menyempatkan mengunjungi desa wisata Wayu beberapa waktu lalu. Rasa penasaran untuk melihat elemen-elemen alam dari ketinggian, terjawab saat mengeksplor destinasi tersebut.
Siapapun pasti merasa bahagia sekaligus kagum, berwisata di destinasi ini. Lari dari kepenatan aktivitas keseharian sejenak, lalu berkontemplasi dari ketinggian gunung, sembari menatap keindahan di depan mata, pastinya akan mendatangkan inspirasi baru
Banyak wisatawan atau pengunjung yang datang ke lokasi desa wisata Wayu untuk camping pada hari Sabtu hingga Minggu. Dimana dari lokasi camping dapat menikmati pesona alam yang mempesona, sembari menyeruput secangkir kopi panas.
Namun demikian walaupun bukan di akhir pekan dan tidak camping, banyak juga wisatawan lokal yang datang berkunjung. Desa wisata Wayu memang sudah populer bagi wisatawan yang meminati kunjungan wisata alam.
Untuk tiket masuk wisatawan arus pembayaran sebesar Rp11.000 dengan rincian per orang Rp6.000 dan parkir kendaraan Rp5.000. Adapun wisatawan yang membawa tenda untuk camping ini harus akan membayar sebesar Rp10.000.
Adanya biaya tiket masuk tersebut masih relatif terjangkau bagi wisatawan yang datang. Dimana menjadi pemasukan bagi warga lokal sebagai pengelola dan juga pendapatan ke pemerintah daerah setempat.
Kondisi Aksesibilitas Jalan
Untuk bisa sampai ke lokasi desa wisata Wayu, harus menempuh jalur darat dari kota Palu sejauh 29 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 1-2 jam. Sementara dari Desa Porame jarak tempuh 10 kilometer dengan waktu tempuh 30 menit hingga 1 jam.
Kondisi sebagian ruas jalan menuju lokasi dalam kondisi kurang mantap. Dimana menjadi kendala bagi wisatawan untuk datang berkunjung. Butuh effort lebih saat berkendara melintasi sebagian ruas jalan yang rusak dan belum beraspal mulus.
Saya sendiri saat berkunjung ke desa wisata Wayu menggunakan kendaraan roda dua. Ada sensasi yang beda saat melintasi rute jalan pegunungan yang menanjak dan terjal. Selain memacu adrenalin, bonusnya bisa melihat indahnya pemandangan alam.
Tentu harus ekstra waspada, karena adanya tebing curam di sisi jalan. Ditambah lagi ruas jalan yang dalam kondisi rusak, membuat perjalanan sedikit tidak nyaman. Namun effort di perjalanan, terbayar saat sudah tiba di lokasi destinasi.
Kondisi aksesibilitas ke lokasi destinasi desa wisata Wayu ini perlu untuk diatasi dan ditangani. Karena menjadi salah faktor yang memberi kenyamanan bagi wisatawan yang datang berkunjung.
Semoga pemerintah daerah setempat bisa terus menangani kondisi jalan yang belum mantap tersebut, agar bisa nyaman saat dilintasi. Bukan hanya bagi pengunjung, namun juga bagi warga desa Wayu dan desa-desa sekitarnya.
Ketersediaan Sarana Amenitas
Fakta mengejutkan desa wisata Wayu adalah ketersediaan sarana amenitas (fasilitas penunjang) yang dibutuhkan bagi pengunjung. Seperti warung kuliner, galeri souvenir, balai pertemuan, penginapan dan juga toilet umum untuk pengunjung.
Keberadaan sarana amenitas di lokasi destinasi wisata menjadi salah satu dari skema 5A pariwisata yang mutlak harus tersedia, bagi desa wisata yang berharap dari kunjungan wisatawan.
Sebuah plang nama berukuran besar berwarna merah bertuliskan Paralayang Wayu, terpasang di lokasi destinasi. Keberadaan plang nama tersebut menjadi salah satu spot foto bagi wisatawan yang datang.
Saya sendiri menyempatkan menikmati kuliner di warung warga lokal, sesuai mengeksplor spot-spot menarik di lokasi destinasi. Salah satunya spot selfie hamparan teluk Palu, dimana harus berjalan kaki menanjak dari lokasi parkir melewati pepohonan rindang.
Kuliner yang saya nikmati berupa mie kuah dan kopi susu dengan harganya cukup terjangkau. Menikmati kuliner dengan view alam yang indah, tentu memberikan sensasi berbeda.
Sayangnya untuk galeri souvenir dalam kondisi tertutup, sehingga saya tidak dapat mengeksplor isi dalam galeri. Keberadaan sarana galeri tentu berguna untuk mempromosikan produk souvenir warga lokal dan juga di Kabupaten Sigi.
Sangat rugi jika sarana yang sudah dibangun oleh pemerintah daerah, tidak dimanfaatkan untuk mendatangkan pemasukan bagi warga lokal. Lewat produk UMKM berupa souvenir dan kerajinan tangan lainnya.
Selain pemanfaatan sarana amenitas yang sudah tersedia, aspek lain yang juga perlu diperhatikan yakni ketersediaan air bersih untuk wisatawan. Serta kebersihan destinasi wisata, khususnya di spot-spot yang menarik.
Keberadaan desa wisata Wayu yang eksotis sejatinya berpotensi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi warga dan desa setempat. Ini adalah anugrah Sang Khalik yang harus dijaga dan dikelola secara baik.
Tinggal sejauh mana warga mendapat pemberdayaan dari pemerintah daerah untuk terlibat dalam pengelolaan desa wisata. Apakah dalam bentuk pembekalan atau pelatihan yang berkaitan dengan skill dan knowledge potensi wisata.
Keberadaan desa wisata harusnya bisa ikut meningkatkan kesejahteraan warga lokal dalam skema peran serta pengelolaan. Yakni lewat usaha kuliner, souvenir, pemandu, atraksi serta aktivitas wisata.
Selama ini event paralayang sering dihelat di lokasi desa wisata Wayu. Namun perlu juga secara berkala digelar event seni budaya lokal untuk menarik minat wisatawan.
Warga desa Wayu di Marawola pada khususnya dan Kabupaten Sigi pada umumnya, tentu punya pertunjukan seni budaya dan adat istiadat yang bisa menjadi atraksi wisata.
Kolaborasi antara aktivitas wisata dan atraksi wisata di destinasi yang eksotis, dipastikan semakin menarik kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H