Pada peradaban masa lalu, tentu masih kesulitan bagi pemerintah kerajaan dalam membangun sebuah bendungan. Selain faktor anggaran, teknologi, pengetahuan juga esensi pemanfaatan bagi warga setempat.
Namun seiring dengan kemajuan peradaban, semua faktor di atas bukan kendala lagi untuk dibangun. Keberadaan bendungan menjadi sarana dan infrastruktur vital untuk berbagai sektor. Baik untuk air baku, pertanian, perikanan, energi dan juga pariwisata.
Seperti lokasi bendungan Karet Jeneberang, juga dimanfaatkan warga untuk melakukan aktivitas rekreasi berupa perahu wisata. Ada juga yang melakukan aktivitas lain seperti memancing dan sekedar refreshing di sore hari.
Tentu pemanfaatan air permukaan untuk bendungan karet Jeneberang harus dijaga keberlangsungannya. Karena itu kesadaran warga setempat untuk menjaga keberadaan sungai tersebut diperlukan. Salah satunya turut menjaga kelestarian air sungai dari aktivitas pencemaran dan kerusakan.
Pada akhirnya perjumpaan lintas peradaban di tepian Sungai Jeneberang, menjadi elemen berharga bagi warga dan juga pemerintah daerah setempat untuk dijaga dan dilestarikan.
Di mana terhadap ikon peradaban masa lalu bisa menjadi edukasi bagi generasi sekarang. Bahwa terkadang demi keberlangsungan peradaban manusia, butuh pengorbanan untuk menjaga dan melindungi sumber hidup bersama.
Kelak generasi selanjutnya, akan menikmati apa yang dibuat oleh generasi sekarang. Sama seperti generasi sekarang, bisa menikmati buah warisan perjuangan dari generasi terdahulu.
Maka jika suatu saat berkunjung ke Kota Makassar mampirlah ke tepian Sungai Jeneberang untuk merefleksikan makna kehidupan. Bahwa seperti air sungai yang terus mengalir ke muara, begitu juga hidup manusia terus mengalir bersama denyut waktu.
Demikian pula Ibarat air yang selalu menemukan jalannya. Hidup manusia pun akan senantiasa menemukan jalannya, saat sedang mengalami keterpurukan atau kesulitan. Selalu ada jalan menuju ke muara kebahagiaan.