Jejak peninggalan Benteng Somba Opu di tepian Sungai Jeneberang kini menjadi destinasi sejarah sebagai bukti dari peradaban masa lalu yang tersisa dan dilestarikan keberadaannya.
Walau tidak utuh selayaknya sebuah benteng yang lazim ditemui, namun onggokan fisik berupa tembok kokoh yang masih tersisa, menjadi spot destinasi yang setiap saat bisa dilihat oleh warga maupun pengunjung yang datang.
Berdasarkan informasi yang tertera di lokasi, Benteng Somba Opu didirikan oleh Raja Gowa IX yang bernama Karaeng Mannuntungi Tumapa'risi Kallonna pada abad ke 16. Kemudian dilanjutkan oleh Raja Gowa XIV Sultan Alauddin dan raja-raja setelahnya.
Pembangunan benteng ini bertujuan melindungi wilayah Somba Opu saat itu dari serangan kompeni Belanda. Dulunya wilayah yang sekarang masuk Kecamatan Barombong itu, menjadi pusat niaga di Kawasan Timur Nusantara yang ramai didatangi pedagang.
Lokasi benteng Somba Opu di tepian Sungai Jeneberang, letaknya sangat strategis tak jauh dari muara Selat Makassar. Bisa dibayangkan sebagai pusat niaga pada masa lalu, kesibukan kapal pelayaran saat melintasi sungai tersebut menuju lautan lepas.Â
Benteng Somba Opu berada di kawasan seluas sekitar 15 ha. Di dalam lokasi, terdapat bangunan rumah adat dari berbagai daerah di Provinsi Sulawesi Selatan. Diantaranya rumah adat Gowa, Bugis, Bone, Toraja dan lainnya. Serta ada juga Baruga Somba Opu.
Selain itu terdapat Museum Karaeng Pattingalloang yang menyimpan koleksi bahan bangunan dari sisa Benteng Somba Opu. Di depan museum yang merupakan bangunan dua lantai tersebut, terpajang sebuah meriam kuno peninggalan masa lalu.
Di bagian belakang lokasi terdapat sisa fisik tembok benteng yang memanjang kurang lebih 200 meter dan tinggi sekitar 7 meter. Sisa tembok ini bisa menjadi bukti, bahwa lokasi tersebut dulunya merupakan benteng pertahanan guna perlindungan dari serangan musuh.