Selayaknya air sungai yang mengalir hingga ke muara laut, demikian pula dengan air Sungai Jeneberang mengalir hingga ke perairan laut Selat Makassar.
Bagi sebagian orang yang menetap di tepian, Sungai Jeneberang bukan saja menjadi urat nadi yang menjadi bagian kehidupan. Tapi juga sebagai sejarah yang tumbuh dan terukir bersama mereka.
Sejarah dimaksud adalah, keberadaan Sungai Jeneberang bersama alirannya, telah melahirkan peradaban manusia, Baik peradaban masa lalu, maupun peradaban masa kini.
Peradaban masa lalu adalah fase dimana para leluhur berjuang dari tepian Sungai Jeneberang. Hidup mati mempertahankan eksistensi kewilayahan. Agar kelak anak cucu penerus bangsa dapat meneruskan hidup, lepas dari cengkraman penjajahan.
Adapun peradaban masa kini adalah fase dimana para stakeholder mengelola dan menjadikan potensi Sungai Jeneberang, sebagai sumber daya keberlanjutan bagi kehidupan umat manusia, khususnya warga Kota Makassar dan Kabupaten Gowa.
Jejak peradaban masa lalu dan peradaban masa kini di tepian Sungai Jeneberang bisa dilihat saat berkunjung ke lokasi tersebut. Yakni lewat keberadaan sisa Benteng Somba Opu sebagai ikon masa lalu dan Bendungan Karet Jeneberang sebagai ikon masa kini.
Keberadaan jejak dan ikon masa lalu dan masa kini menjadi perjumpaan lintas peradaban yang mengukir kisah kehidupan yang melintasi waktu, dan membawa makna kehidupan tentang pentingnya arti keberlanjutan.
Peninggalan Benteng Somba Opu