Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Momen Nostalgia dalam Pelayaran bersama KM Tidar

11 Januari 2024   11:05 Diperbarui: 13 Januari 2024   20:54 1639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setelah sekian tahun, akhirnya KM Tidar sandar kembali di Pelabuhan Pantoloan Palu. (Dokumentasi Pribadi)

Tidak pernah menyangka akhirnya bisa merasakan kembali berlayar bersama KM Tidar melintasi Selat Makassar, setelah sekian lama tidak melayani trayek tersebut.

Momen pelayaran sekaligus momen nostalgia itu terwujud pada awal tahun 2024. Di mana saya bisa menikmati pelayaran di atas KM Tidar dalam perjalanan dari Pelabuhan Sukarno Hatta Makassar, menuju pelabuhan Pantoloan Palu.

Sudah lama sekali rasanya, tidak berlayar bersama KM Tidar. Hampir 20 tahun tidak melakukan perjalanan laut menggunakan kapal tersebut. Terakhir di tahun 2000an, saat sering kali berangkat dari pelabuhan Pantoloan menuju ke Makassar.

Harga tiket kapal laut yang masih murah masa itu, membuat moda transportasi laut menjadi pilihan untuk perjalanan lintas provinsi. Terutama daerah yang bisa dijangkau dengan kapal Pelni.

Kala itu, KM Tidar memang memiliki trayek perjalanan dengan rute Surabaya- Parepare-Pantoloan-Nunukan-Tarakan-Balikpapan -Parepare-Surabaya-Makassar- Balikpapan-Tarakan-Pantoloan-Makasar-Surabaya.

Selanjutnya pada tahun 2013 berganti rute dari Jakarta-Surabaya-Makassar menuju ke wilayah Indonesia Timur. Kemudian tahun 2017 kembali berganti trayek dan menjadi trayek reguler (tetap) KM Tidar saat ini yakni dari Makassar melintas ke wilayah Indonesia Timur.

Melihat perubahan rute tersebut, maka ada sekitar 13 tahun KM Tidar tidak melalui trayek Makassar ke Pantoloan. Lalu mengapa KM Tidar bisa berubah trayek (deviasi) di tahun 2024 ini dengan tujuan akhir pelabuhan Pantoloan Palu?

KM Tidar sebelum bertolak dari Pelabuhan Sukarno Hatta Makassar. (Dokumentasi Pribadi)
KM Tidar sebelum bertolak dari Pelabuhan Sukarno Hatta Makassar. (Dokumentasi Pribadi)

Sebenarnya trayek ini bukan permanen, namun bersifat tambahan (sementara). Yakni hanya perbantuan mengantisipasi penumpang yang kembali dari libur natal dan tahun baru (Nataru) 2024. Setelah itu KM Tidar akan kembali ke trayek semula.

Trayek deviasi itu diawali dengan pemberangkatan dari pelabuhan Makassar pada tanggal 5 Januari menuju pelabuhan Parepare, Sepinggan Balikpapan dan tiba di pelabuhan Pantoloan Palu tanggal 7 Januari 2024.

Selanjutnya kapal kembali ke Pelabuhan Makassar pada tanggal 7 Januari 2014 dengan rute yang sama. Dan melanjutkan pelayaran untuk trayek reguler menuju ke wilayah Papua dengan sandar di sejumlah pelabuhan wilayah Indonesia timur.

Diluar Ekspektasi Jumlah Penumpang

Sebenarnya diawal tahun 2024 ada dua kapal dari PT Pelni dengan pemberangkatan dari pelabuhan Makassar menuju Pantoloan. Yakni KM Tidar pada tanggal 5 Januari dan satunya lagi KM Lambelu yang berangkat pada tanggal 6 Januari 2014.

Saat mengecek pembelian tiket secara online diaplikasi milik PT Pelni, saya terkejut ternyata tertera KM Tidar untuk pemberangkatan pelabuhan Makassar menuju Pantoloan. Adapun harga tiket kapal untuk per orang sebesar Rp380.000.

Melihat inilah momen yang tepat untuk bernostalgia bersama KM Tidar, saya mengusahakan agar bisa mendapatkan tiket berangkat. Apalagi setelah tahu bahwa pemberangkatan ini bersifat sementara untuk bantuan penumpang mudik libur Nataru 2024.

Suasana di atas KM Tidar melintasi perairan Selat Makassar. (Dokumentasi Pribadi)
Suasana di atas KM Tidar melintasi perairan Selat Makassar. (Dokumentasi Pribadi)

Begitu tahu penjualan tiket secara online sudah tutup, ekspektasi saya terhadap keberadaan penumpang di Kapal Tidar diperkirakan bakal membludak. Mengingat inilah pelayaran perdana pasca liburan di awal tahun 2024. Dimana banyak yang kembali ke daerah asal, terutama tujuan Balikpapan .

Namun yang terjadi di luar dugaan, penumpang yang berangkat dari pelabuhan Makassar justru tidak terlalu banyak. Itu dibuktikan banyaknya kasur di dek kapal kelas ekonomi yang kosong, alias tidak ditempati penumpang.

Kondisi kapal pun tidak terlihat sesak oleh penumpang. Kondisi yang berbeda saat biasanya kapal berangkat dari pelabuhan Makassar pasca liburan. Di mana hampir seluruh tempat di atas kapal dipadati penumpang.

Demikian pula saat kapal sandar di pelabuhan Parepare saya kembali terkejut, karena sangat sedikit penumpang yang berangkat. Biasanya penumpang yang naik dari pelabuhan Parepare menuju Balikpapan membludak.

Pikiran saya apa mungkin penumpang dari Parepare akan membludak dengan kapal Lambelu yang akan berangkat pada esok harinya. Untuk memastikan, saya coba melihat ke arah terminal penumpang dari dek kapal, ternyata sudah tidak ada lagi penumpang lagi yang naik.

Sajian makanan untuk penumpang tersedia dalam boks. (Dokumentasi Pribadi)
Sajian makanan untuk penumpang tersedia dalam boks. (Dokumentasi Pribadi)

Saya justru tidak menyangka penumpang yang naik dari pelabuhan Balikpapan menuju Pantoloan justru membludak. Digabungkan dengan penumpang yang naik dari pelabuhan sebelumnya, ditaksir ada sekitar seribuan penumpang dengan tujuan akhir pelabuhan Pantoloan.

Makanya begitu kapal sandar di Pantoloan, banyak penumpang yang turun. Dan tentu saja genaplah momen nostalgia saat KM Tidar akhirnya kembali lagi ke Pantoloan, seperti kenangan beberapa tahun sebelumnya.

Eksplor Kondisi Dalam Kapal

Satu hal yang membuat saya merasa surprise adalah penampilan wajah baru KM Tidar yang berwarna putih dan terlihat lebih keren dengan logo BUMN dengan tulisan mencolok berwarna biru di badan kapal. Yakni tulisan PELNI We Connect, We Infinity.

Saya teringat dulunya tampilan fisik Kapal Tidar berwarna khas putih dan coklat muda. Warna khas ini masih identik dipertahankan pada sejumlah Kapal Pelni Tentu warna KM Tidar saat ini menjadi diferensiasi dengan kapal milik PT Pelni lainnya.

Logo dan tulisan tersebut terlihat jelas dari terminal penumpang pelabuhan Makassar, saat sebelum naik ke atas kapal. Dengan logo dan tulisan tersebut membuat Kapal Tidar menjadi lebih menarik.

Sejumlah kapal Pelni sendiri tidak memasang logo dan tulisan di badan kapalnya. Diantaranya KM Lambelu dan KM Gunung Dempo yang saya tumpangi dalam pelayanan akhir tahun 2023 lalu.

Dokumebtasi dengan tampilan baru KM Tidar. (Dokumentasi Pribadi)
Dokumebtasi dengan tampilan baru KM Tidar. (Dokumentasi Pribadi)

Di dalam kapal untuk kelas ekonomi kasur-kasur di dek terlihat banyak yang masih dalam kondisi baik. Ini berbeda dengan di kapal Pelni lain yang sempat saya tumpangi, di mana ada kasur dalam kondisi kurang baik.

Untuk makanan penumpang disajikan dalam boks transparan, plus air mineral gelas, botol serta ada juga minuman kemasan. Saya membayangkan masa lalu makanan disajikan dalam wadah ompreng, tanpa sama sekali mendapatkan air mineral.

Dengan semakin baiknya pelayanan makanan, menjadi bukti transformasi PT Pelni dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Oh ya untuk mengambil makanan masih tetap sama, di mana penumpang harus antre dengan membawa tiket penumpang masing-masing.

Saat dalam pelayaran saya coba mengeksplorasi keberadaan kapal, sekadar membandingkan keberadaan kapal pada masa lalu dan masa kini. Ternyata di dek atas ada cafetaria di bagian tengah. Dulunya cafetaria tersebut tidak ada. Yang ada hanya di bagian belakang.

Satu lagi saya menemukan ada beberapa bagian kapal yang terlihat rusak dan belum diperbaiki. Termasuk di dalam toilet pria ada ruangan mandi atau WC yang terkunci dan tidak bisa digunakan oleh penumpang.

Dari kondisi kapal tersebut satu hal yang tidak bisa dielakkan yakni KM Tidar adalah kapal lama yang dibuat sejak tahun 1987. Di mana hingga kini masih beroperasi sebagai moda transportasi laut dalam melayani kepentingan publik.

Tentu dengan merevitalisasi (perbaikan) beberapa bagian kapal yang rusak, akan membuat penumpang lebih nyaman. Dan revitalisasi terlihat di kapal oleh sejumlah kru terhadap beberapa bagian kapal.

Jika nantinya KM Tidar sudah tidak lagi melayani trayek Makassar ke Pantoloan dan kembali ke trayek awal, maka PT Pelni sudah harus menyiapkan alternatif kapal lain untuk trayek tersebut.

Mengingat hanya ada dua kapal yakni KM Lambelu dan Labobar yang melayani trayek tersebut dengan durasi waktu lumayan lama untuk jadwal pemberangkatan. Sementara intensitas masyarakat menggunakan kapal laut cukup tinggi.

Ini sejalan dengan amanat UU no 17 tahun 2008 tentang pelayaran. Bahwa pelayaran yang terdiri atas angkutan di perairan, kepelabuhan, keselamatan dan keamanan pelayaran, dan perlindungan lingkungan maritim, merupakan bagian dari sistem transportasi nasional.

Di mana harus dikembangkan potensi dan peranannya untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien. Serta membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis.

Tentu dengan tambahan unit kapal, maka akan membantu masyarakat Sulawesi Tengah yang melakukan perjalanan ke bagian barat atau timur Indonesia yang menggunakan moda transportasi laut dengan harga yang terjangkau.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun