Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Antara Stasiun Kranji dan Sudirman, Ekspektasi Menjajal Commuter Line

4 September 2023   09:04 Diperbarui: 4 September 2023   09:30 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Kranji di Bekasi. Doc PT KAI

Bagaimana rasanya jika baru pertama kali melakukan perjalanan menggunakan KAI Commuter di Jabodetabek yang nyaman, aman, cepat dan murah? Tentu ada ekspektasi berbeda, apalagi moda transportasi tersebut sama sekali belum pernah dirasakan secara faktual.

Kesan inilah yang dirasakan anggota keluarga saya yang berasal dari berbagai daerah di wilayah  Indonesia Timur yakni Papua, Maluku dan Sulawesi. Dimana baru pertama kali ke Jabodetabek dan berkesempatan menjajal sarana commuter line yakni Kereta Rel Listrik (KRL).

Adapun anggota keluarga berkunjung ke Jabodetabek pada bulan Maret 2023 lalu, karena menghadiri acara pernikahan saudara saya di Bekasi. Otomatis hampir seminggu saya dan keluarga berada di Kota tersebut, untuk mempersiapkan prosesi pernikahan.

Untuk mengisi waktu luang, maka diagendakan mengeksplor sejumlah destinasi wisata dan perbelanjaan yang berada di ibukota Jakarta. Biasalah namanya orang daerah, jalan-jalan sembari belanja untuk oleh-oleh tak bisa dielakkan.

Karena sebelumnya sudah pernah menjajal Commuter Line di Jabodetabek, maka saya berinisiatif mengajak keluarga untuk menggunakan moda transportasi tersebut. Sekaligus menjadi penunjuk jalan, agar tidak salah saat melakukan perjalanan.

Tentu saja anggota keluarga sangat antusias, karena baru pertama kali dalam hidup merasakan perjalanan menggunakan KRL. Selama ini hanya bisa dilihat di televisi maupun media sosial.

Berpose bersama di Stasiun setelah turun dari KRL Doc Pri
Berpose bersama di Stasiun setelah turun dari KRL Doc Pri

Adapun rute perjalanan yang direncanakan yakni dari Stasiun Kranji Bekasi dan turun di Stasiun Sudirman Jakarta. Dari Sudirman alternatif kunjungan ke destinasi wisata atau perbelanjaan bisa ke Monas, Bundaran HI, Sarinah atau Thamrin City.

Sesampainya di Stasiun Kranji, kami terlebih dahulu membeli Kartu Multi Trip (KMT) seharga 30 ribu untuk per orang. Kartu ini digunakan untuk tiap kali masuk dan keluar Stasiun. Saya sampaikan kepada anggota keluarga untuk masing-masing memegang dan ikuti prosedur penggunaan KMT saat masuk atau keluar Stasiun.

Namanya orang baru pertama kali menggunakan Commuter Line, tentu ada sedikit kendala saat menggunakan KMT. Namun akhirnya kami semua bisa masuk Stasiun dan menuju peron, untuk menunggu KRL menjemput di Stasiun Kranji.

Sebelumnya saya sudah mewanti-wanti kepada anggota keluarga untuk bersiap jika KRL berhenti di peron, untuk cepat masuk jika pintu kereta sudah terbuka. Karena durasi waktu saat pintu dibuka dan ditutup hanya sebentar.

Sempat ada kejadian salah satu anggota keluarga karena lambat masuk, tangannya sempat terkena pintu KRL saat akan ditutup. Kejadian ini malah disambut dengan tertawa oleh anggota keluarga lain dan menjadi candaan selama perjalanan dalam KRL.

Karena kami berangkat agak siang dari Stasiun Kranji, kereta tidak terlalu penuh penumpang sehingga kami bisa menempati kursi KRL. Saya melihat anggota keluarga sangat gembira, karena pertama kali melakukan perjalanan menggunakan moda Commuter Line.

Apalagi bisa duduk di KRL yang nyaman dan aman, sembari menikmati landscape Kota Bekasi-Jakarta yang selama ini belum pernah dilihat langsung dari dalam KRL Tentu ekspektasi inilah yang dirasakan anggota keluarga saya saat pertama kali menjajal perjalanan dari Stasiun Kranji menuju Sudirman.

Bayangkan jika harus menggunakan Taxi atau kendaraan online dari Bekasi ke Jakarta, biayanya pasti lebih mahal untuk pulang pergi. Belum lagi jika terjadi macet akan kelamaan di jalanan. Sementara anggota keluarga saya dari daerah, tidak terbiasa dengan kemacetan yang terjadi di ibukota.

Singkat cerita turun di Stasiun Sudirman tanpa kendala, selanjutnya kami melanjutkan perjalanan mengeksplor destinasi wisata di Jakarta diantaranya  Bundaran HI dan Tugu Monas. Serta pusat perbelanjaan Thamrin City. Pulangnya kami berangkat dari Stasiun Sudirman dari turun di Stasiun Kranji.

Salah seorang anggota keluarga sempat bertanya saat masuk Stasiun, apakah tidak perlu di top up lagi KMT nya. Saya jelaskan saat KMT dibeli sudah ada saldonya sebesar Rp 10 ribu, sehingga masih bisa digunakan untuk beberapa kali perjalanan.

Jika saldo di KMT sudah berkurang maka bisa dicek saat berada di Stasiun dan bisa di top up agar bisa terus digunakan saat bepergian menggunakan Commuter Line. Sekali perjalanan saldo akan terpotong sebesar Rp 3000.

Pada akhirnya anggota keluarga saya ketagihan untuk melakukan perjalanan menggunakan Commuter Line. Beberapa perlintasan Stasiun sudah sempat dijajal, termasuk Stasiun Jakarta Kota saat hendak berwisata ke destinasi Kota Tua.

Berbagai peristiwa pun dialami. Mulai dari berdesakan naik KRL saat ramai penumpang. Berdiri dalam kereta selama perjalanan karena KRL penuh. Hingga buru-buru keluar dari KRL, karena takut keburu ditutup pintunya.  

Adaptasi Peradaban Commuter Line

Seperti diketahui, ada dua alasan mengapa manusia tidak dapat menolak kemajuan teknologi. Pertama, manusia modern tidak dapat menjamin pemenuhan kebutuhan dasarnya tanpa hadirnya teknologi. Kedua, kemenangan budaya teknologi tidak dapat digagalkan lagi.

Keberadaan Commuter Line adalah bukti dari kemajuan teknologi. Sekaligus budaya teknologi, guna pemenuhan kebutuhan moda transportasi publik. Dan budaya teknologi itu kini menjadi peradaban yang tak bisa dielakkan oleh masyarakat, guna mendukung kelancaran aktivitasnya.

KMT KAI digunakan saat bepergian dengan moda transportasi KRL. Doc Pri
KMT KAI digunakan saat bepergian dengan moda transportasi KRL. Doc Pri

KRL Commuter line, Mass Rapid Transit (MRT) dan terakhir Light Rail Transit (LRT) yang baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi, menjadi moda transportasi berbasis teknologi dalam melayani masyarakat.

Makanya jika sampai hari ini banyak masyarakat di Jabodetabek menggunakan moda transportasi tersebut, tidak lepas dari dua alasan di atas. Bayangkan begitu banyak masyarakat yang terbantu aktivitasnya, secara cepat, aman dan murah, karena keberadaan Commuter Line.

Memang  tidak semua daerah di Indonesia memiliki moda transportasi Commuter Line, serta tidak semua masyarakat Indonesia bisa menjajalnya. Terkecuali jika sedang bepergian ke wilayah Jabodetabek serta daerah lain yang sudah memiliki fasilitas KAI Commuter.

Saya sendiri tak luput untuk beradaptasi dengan peradaban Commuter Line saat berada di Jabodetabek. Kemana-mana menggunakan KRL demi menghemat dana dan menghindari macet. Peradaban ini menjadi keniscayaan, jika memiliki kesibukan di Jakarta.

Pernah juga saya menggunakan tiga jenis Commuter sekaligus dalam beraktivitas di ibukota .Diawali naik Kereta Api Bandara dari Stasiun Sukarno Hatta menuju Stasiun BNI. Menyusul menggunakan MRT dari stasiun Bundaran HI menuju Senayan.

Terakhir menggunakan KRL dari Stasiun Palmerah menuju Cikini dengan sebelumnya sempat berganti KRL di Stasiun transit. Pengalaman menggunakan moda transportasi tersebut menjadi peradaban baru bagi saya, dalam pengunaan transportasi publik untuk mengefisienkan waktu dan dana.

Pada akhirnya peradaban Commuter Line ini membuat saya terlatih bergerak cepat dan mobile. Berpindah-pindah Stasiun bermodalkan KMT KRL, serta merasakan denyut kehidupan Stasiun yang ramai dengan penumpang dari berbagai latar belakang sosial.

Bukan itu saja, dari peradaban tersebut saya tergerak mengaktualisasikan atensi sosial dengan sesama penumpang, saat memberikan tempat duduk ketika KRL agi penuh. Sesuatu yang tidak didapatkan di daerah saya, karena belum memiliki moda transportasi tersebut.

Berbagi tempat duduk tentu saja tidak mengurangi kenikmatan saya melakukan perjalanan hingga Stasiun berikutnya. Karena bagi saya perjalanan yang aman, cepat, murah serta bebas macet, hanya  jika menggunakan Commuter Line.

Beruntunglah anggota keluarga saya yang dari daerah sudah pernah merasakan peradaban Commuter Line di Jabodetabek, sehingga punya pengalaman dan cerita  tentang perjalanan dari Stasiun Kranji yang tidak terlupakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun