Adaptasi Peradaban Commuter Line
Seperti diketahui, ada dua alasan mengapa manusia tidak dapat menolak kemajuan teknologi. Pertama, manusia modern tidak dapat menjamin pemenuhan kebutuhan dasarnya tanpa hadirnya teknologi. Kedua, kemenangan budaya teknologi tidak dapat digagalkan lagi.
Keberadaan Commuter Line adalah bukti dari kemajuan teknologi. Sekaligus budaya teknologi, guna pemenuhan kebutuhan moda transportasi publik. Dan budaya teknologi itu kini menjadi peradaban yang tak bisa dielakkan oleh masyarakat, guna mendukung kelancaran aktivitasnya.
KRL Commuter line, Mass Rapid Transit (MRT) dan terakhir Light Rail Transit (LRT) yang baru saja diresmikan oleh Presiden Jokowi, menjadi moda transportasi berbasis teknologi dalam melayani masyarakat.
Makanya jika sampai hari ini banyak masyarakat di Jabodetabek menggunakan moda transportasi tersebut, tidak lepas dari dua alasan di atas. Bayangkan begitu banyak masyarakat yang terbantu aktivitasnya, secara cepat, aman dan murah, karena keberadaan Commuter Line.
Memang  tidak semua daerah di Indonesia memiliki moda transportasi Commuter Line, serta tidak semua masyarakat Indonesia bisa menjajalnya. Terkecuali jika sedang bepergian ke wilayah Jabodetabek serta daerah lain yang sudah memiliki fasilitas KAI Commuter.
Saya sendiri tak luput untuk beradaptasi dengan peradaban Commuter Line saat berada di Jabodetabek. Kemana-mana menggunakan KRL demi menghemat dana dan menghindari macet. Peradaban ini menjadi keniscayaan, jika memiliki kesibukan di Jakarta.
Pernah juga saya menggunakan tiga jenis Commuter sekaligus dalam beraktivitas di ibukota .Diawali naik Kereta Api Bandara dari Stasiun Sukarno Hatta menuju Stasiun BNI. Menyusul menggunakan MRT dari stasiun Bundaran HI menuju Senayan.
Terakhir menggunakan KRL dari Stasiun Palmerah menuju Cikini dengan sebelumnya sempat berganti KRL di Stasiun transit. Pengalaman menggunakan moda transportasi tersebut menjadi peradaban baru bagi saya, dalam pengunaan transportasi publik untuk mengefisienkan waktu dan dana.
Pada akhirnya peradaban Commuter Line ini membuat saya terlatih bergerak cepat dan mobile. Berpindah-pindah Stasiun bermodalkan KMT KRL, serta merasakan denyut kehidupan Stasiun yang ramai dengan penumpang dari berbagai latar belakang sosial.