Pada akhirnya soal siapa figur pemimpin strategik kedepan yang layak memimpin negara ini kedepan, terpulang kepada rakyat Indonesia untuk menilai dan menakarnya.
Rakyat sebagai pemilih, tentu punya preferensi (pilihan)terhadap figur yang dianggap ideal memimpin Indonesia di tahun 2024 nanti, menggantikan sosok Jokowi. Â
Ekspektasi Budiman Sujatmiko maupun elit politik lainnya dalam melihat figur pemimpin strategik berdasarkan konsepsinya, tentu akan berbeda dengan alam kesadaran rakyat lainnya.
Dengan standar kerja dan kesukaan publik yang sangat tinggi terhadap Jokowi sebagaimana hasil survei dari berbagai lembaga, maka rakyat tentu akan menakar dan membandingkan siapa figur yang bisa bekerja seperti Jokowi.
Dimana dalam konteks geopolitik mampu menjaga ketahanan dan kestabilan dalam negeri lewat pengelolaaan berbagai sektor produktif. Serta membangun Indonesia dalam pendekatan Indonesia Sentris.
Sementara dalam konteks geostrategis mampu menjaga martabat bangsa lewat peran dan kontribusi bagi peradaban dunia. Tentu dengan tetap menjaga kepentingan dan martabat Indonesia dalam konteks global.
Artinya afirmasi terhadap figur Jokowi baik di dalam negeri maupun luar negeri sebagai pemimpin negara yang berprestasi tidak diragukan lagi. Bahwa kepemimpinan Jokowi dalam memainkan peran strategis dalam konteks nasional maupun global sudah terbukti.
Maka keuntungan politik tentu berpeluang besar pada Capres yang akan melanjutkan legacy Jokowi dalam momentum Pemilu 2024. Yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo .
Terbukti survey elektabilitas Capres dari berbagai lembaga survey secara bergantian menempatkan kedua figur itu pada posisi teratas. Antara Prabowo dan Ganjar sudah menegaskan akan melanjutkan kebijakan dan program yang sudah dilakukan Jokowi.
Kuncinya sekarang ada pada siapa yang menjadikan setiap peristiwa politik sebagai keuntungan politik di ruang publik. Dukungan Budiman terhadap Prabowo, tentu memberikan keuntungan politik bagi bersangkutan.
Demikian pula dengan menyematkan kepemimpinan strategik pada diri Prabowo, tentu berimplikasi pada citra positif sebagai Capres. Citra positif tentu akan mempengaruhi tingkat preferensi pemilih jika terus terbangun di ruang publik. Â