Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Menulis Untuk Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Eksistensi Gramedia dan Kehadiran Buku sebagai Jendela Dunia

3 Juni 2023   12:13 Diperbarui: 4 Juni 2023   19:27 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stok buku di Gramedia Mall Panakukang Makassar. Dok Pri

Beberapa hari lalu saya menyempatkan membeli sebuah buku di Gramedia Mall Panakukang Makassar. Sebagai konsumen setia, saya tentu memberi apresiasi atas eksistensi Gramedia yang bisa bertahan di era digital saat ini.

Saat membeli buku, saya juga mengunduh aplikasi MyValue untuk mendapatkan diskon pembelian buku di Gramedia. Tentu agak ganjil kenapa baru sekarang memanfaatkan fasilitas diskon tersebut. Padahal selama menjadi konsumen di Gramedia, tidak pernah sama sekali.

Sebetulnya bukan soal diskon 10 persen, sehingga saya mengunduh aplikasi ini. Namun karena tersentuh dengan hospitality (Keramahan) karyawan Gramedia yang familiar kepada konsumen. Dimana ingin membantu saya memproses penggunaan aplikasi tersebut.

Padahal saya sudah minta untuk tidak perlu repot dan akan membayar buku sesuai harga yang tertera di label. Namun karena ketulusan sang karyawan, saya akhirnya bersedia. Pada akhirnya buku yang saya beli lebih murah harganya.

Sikap, atensi dan hospitality ini yang berulang kali saya tekankan dibutuhkan sebagai modal utama pelaku usaha dalam melayani konsumennya. Selain faktor berikut, yakni kenyamanan konsumen dan kualitas produk yang dipasarkan.

Apalagi di tengah persaingan bisnis saat ini, antara produsen beda produk  saja bisa saling menggerus, Apalagi yang sama produk. Makka effort untuk bertahan saja belum cukup, jika tidak disertai kepercayaan kepada konsumen.  

Saya tidak ingin masuk lebih dalam, apa kiat Gramedia sehingga bisa bertahan di tengah ketatnya persaingan bisnis saat ini. Serta bagaimana strategi pihak Manejemen, agar Gramedia tidak gulung tikar terdampak disrupsi digital.

Biarlah Itu menjadi urusan Manajemen Gramedia bagaimana menerapkan strategi Positioning (Penentuan posisi), Diferensiasi (Pembedaan) serta Branding (Promosi) yang tepat, agar bisa dipercaya dan terus eksis dengan profit yang signifikan dari penjualan produk.

Soal narasi Positioning, Diferensiasi dan Branding itu tertuang dalam buku Citizen 4.0 karya Hermawan Kartajaya yang saya beli di Gramedia. Buku yang menjejakkan prinsip-prinsip pemasaran di era digital.

Dalam buku itu juga menyebutkan, pemasaran 3.0 merupakan horizontal marketing. Yakni sebuah konsep pemasaran yang punya dasar-dasar baik pada orang lain. 

Beda dengan pemasaran 1.0 adalah era dimana produsen memegang kendali dan pemasaran 2.0 era dimana konsumen diperlakukan layaknya raja. Pada pemasaran 3.0,antara pelaku usaha dan konsumen mengedepankan human spirit dalam pemasaran.  

Buku Citizen 4.0 yang dibeli di Gramedia. Doc Pri
Buku Citizen 4.0 yang dibeli di Gramedia. Doc Pri

Saya tidak tahu apakah karyawan Gramedia paham soal esensi pemasaran 3.0 ini. Namun setidaknya dengan pendekatan hospitality karyawan yang diberikan kepada konsumen, itulah penjabaran horisontal marketing dan penerapan dasar-dasar baik pada orang lain.  

Orang lain dimaksud adalah konsumen bukan saja diperlakukan sebagai raja, namun mendapat atensi berupa kenyamanan dan hospitality dalam pelayanan . Di satu sisi pelaku usaha mendapat atensi balik dari konsumen, berupa reputasi yang dibutuhkan dalam persaingan bisnis.

Kontinuitas horisontal marketing ini tentu harus dipertahankan oleh pihak Gramedia, agar bisa terus eksis di tengah kemajuan zaman. Kita tentu tidak berharap Gramedia akhirnya ikut terdegradasi karena dampak seleksi alam.

Sebagai konsumen, saya tentu bersyukur masih ada toko buku seperti Gramedia, dimana bisa membeli buku yang dibutuhkan. Karena saya termasuk yang masih suka membaca buku secara konvensional, ketimbang menggunakan aplikasi digital.

Selain itu saat berada di berbagai daerah, saya tidak lupa untuk berkunjung ke Gramedia untuk sekedar melihat -ihat buku terbaru. Disinilah saya melihat Gramedia bukan sekedar toko buku, namun sarana literasi dimana konsumen bisa mendapat referensi kekinian.

Setidaknya hingga kini alam sadar saya terkait toko buku yang kredibel, masih berpusar kepada Gramedia. Tentu setiap orang punya preferensi terhadap toko buku yang dianggap favorit dengan dirinya.

Satu hal yang menggembirakan adalah, perjumpaan saya dengan kaum muda saat berada di Gramedia. Ini bukti bahwa minat kaum muda tentu terhadap buku bacaan tidak luntur. Kesadaran bahwa membaca buku untuk penguatan kapasitas adalah sebuah keniscayaan.

Adagium bahwa buku adalah jendela dunia harus terus disosialisasikan kepada kaum muda, agar minat baca terus ada. Bahwa dengan membaca buku, akan banyak pengetahuan yang didapat.

Juga dengan membaca buku maka referensi tentang multi dinensi semakin kaya. Membuat wawasan bertambah luas, serta khazanah berpikir semakin maju. Generasi seperti ini tentu dibutuhkan, dalam membangun negeri dengan berbagai tantangannya.

Sebagai penulis artikel seperti saya, menambah kapasitas dengan membaca buku sangat diperlukan. Agar gizi referensi terus tersedia sebagai bekal dalam menulis. Semoga Gramedia tetap konsisten menyediakan stok gizi tersebut. 

Dengan adanya eksistensi Gramedia dan toko buku lainnya di tanah air, maka lentera literasi berupa keberadaan buku bacaan akan terus menerangi landscaoe kehidupan peradaban kita. Jangan sampai padam sebelum waktunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun