Sang pawang mengoyang-goyang sebutir telur mentah yang sudah dipecahkan di atas permukaan air. Tak lama kemudian sejumlah ikan Morea nampak mendekat secara perlahan di permukaan air yang terlihat jernih.
pengunjung, untuk siap-siap mengelus dan mengangkat ikan Morea berukuran panjang sekitar 1 meter, berwarna hitam kecoklatan dengan cara memegang bagian perut.
Sang pawang kemudian memberi aba-aba kepadaSaat ikan Morea memasukan telur yang dipegang sang pawang ke dalam mulutnya, ikan Morea lalu dielus beberapa saat dan langsung diangkat. Tentu saja karena licin dan berlendir, ikan Morea mudah lepas dari pegangan.
Momen mengelus dan mengangkat ikan Morea itulah yang dicari pengunjung untuk didokumentasikan. Semakin bagus dokumentasi mengangkat ikan Morea, semakin puas pengunjung yang datang.
Sensasi mengelus dan mengangkat ikan Morea berada di destinasi Waiselaka di Desa Waai, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Adapun jarak dari Kota Ambon ke Desa Waai berkisar 24 kilometer.
Ini pengalaman pertama kali saya bisa mengangkat ikan Morea dengan cara dipanggil dan diumpan dengan telur mentah Padahal jenis ikan yang mirip, ada juga di Danau Poso Pamona Provinsi Sulawesi Tengah bernama Sogili. Namun Sogili harus ditangkap dulu baru bisa dipegang.
Ikan Morea di Waiselaka sendiri merupakan jenis belut raksasa yang jinak namun familiar dengan pengunjung. Meski demikian ikan Morea sangat dikeramatkan dan tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat setempat.
Makanya ikan Morea yang berada di lokasi terus berkembang tanpa pernah dikonsumsi. Padahal ikan belut sendiri merupakan jenis ikan air tawar yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat seperti di daerah lain di Indonesia.
Tidak ada alasan pasti mengapa ikan Morea di Waiselaka tidak bisa ditangkap, apalagi dikonsumsi. Namun ada mitos dikalangan masyarakat Desa Waai sejak dulu, bahwa bahwa ikan Morea merupakan penjaga mata air Waiselaka.
Markus selaku pawang, mengaku dari kecil ia hanya tahu jika ikan Morea dikeramatkan. Itulah sebabnya, ia bersama masyarakat sangat menjaga keberadaan ikan Morea tersebut. "Dari dulu ikan Morea di tempat ini dikeramatkan" ujarnya.
Tradisi dan kearifan lokal inilah yang terus dipertahankan oleh warga Desa Waai, sehingga menjadi destinasi yang dikunjungi wisatawan. Dimana ingin melihat langsung ikan Morea memakan telur yang diberikan oleh pawang
Waiselaka sendiri merupakan lokasi mata air yang mengalir ke kolam berukuran lebar yang berair jernih. Dimana di dalam kolam itu ada semacam lubang tempat ikan Morea bersembunyi.
Karena airnya jernih, maka dimanfaatkan oleh sebagian masyarakat terutama anak-anak untuk mandi dan berenang. Namun ada juga masyarakat yang memanfaatkan untuk mencuci.
Untuk masuk ke destinasi Waiselaka tidak dikenakan biaya. Hanya saja untuk bisa memegang dan mengangkat ikan Morea yang dipandu oleh pawang, dikenakan biaya Rp 85 ribu. Itu sudah termasuk biaya telur sebagai umpan memanggil ikan Morea.
Sebaiknya sebelum memegang dan mendokumentasikan ikan Morea, ditanyakan dulu kepada pawang berapa biayanya. Supaya tidak kaget saat sang pawang menyebut tarif yang harus dibayar Â
Untuk bisa sampai ke destinasi Waiselaka dapat menempuh jalur darat dari Kota Ambon melintasi jalan beraspal mulus. Bisa juga via laut di Pelabuhan Tulehu. Dari pelabuhan Tulehu ke desa Waai hanya berkisar 3 kilometer.
Destinasi Waiselaka berpotensi menjadi sumber pendapatan bagi sektor pariwisata, jika dikelola secara profesional baik oleh Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Desa setempat.
Apalagi Destinasi tersebut bagian dari kearifan lokal yang unik dan masih terus dipertahankan di Desa Waai Provinsi Maluku. Jika pengelolaan dilakukan secara baik, maka akan lebih banyak wisatawan yang datang berkunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H