"Sudah beberapa produk yang dibeli. Setidaknya peserta Kongres yang datang dari berbagai daerah di Indonesia bisa tahu produk UMKM asal Sulteng. Kita beruntung bisa ikut serta dalam pameran ini, Â karena bisa sekaligus promosi," ujar Gembira yang juga pengurus DPD GAMKI Sulteng.
Yang menarik produk UMKM yang dikelola oleh Gembira bermodal awal hanya sebesar 80 ribu rupiah. Namun berkat keuletan dan kerja keras, kini sudah banyak produk UMKM yang dihasilkan dan omzet pun lebih besar. Â "Dari modal sedikit, kini produk sudah lebih banyak dihasilkan," tuturnya.
Selain Sulteng, DPC GAMKI Pulau Buru turut memamerkan produk UMKM minyak kayu putih yang sudah sangat terkenal. Produk minyak kayu putih dalam kemasan botol mineral ukuran kecil tersebut, dibandrol seharga 150 ribu rupiah.
Sementara dari Institusi yang ikut dalam pameran diantaranya dari Fakultas Perikanan Universitas Pattimura (Unpatti) . Dimana memamerkan produk kuliner berbahan Perikanan dan Kelautan. Produk tersebut ada yang bisa dikonsumsi langsung, ada pula dalam bentuk kemasan.
Saya sendiri berkesempatan merasakan produk UMKM asal Maluku berupa Kopi Tuni yang dijual seharga 12 ribu rupiah pergelas. Menariknya Kopi Tuni ini bukan dari jenis Robusta maupun Arabika. Namun asli endemik daerah Maluku yang dikenal dengan Original Moluccan Coffe.
Pertama kali merasakan sensasi Kopi Tuni di Kota Ambon yakni adanya cita rasa berbeda dengan kopi lainnya. Tentu ini menjadi pengalaman baru bagi saya, dimana bisa merasakan jenis kopi lokal dari daerah Maluku. Lewat UMKM diharapkan Kopi Tuni bisa merambah ke daerah lain.
Semoga dengan adanya pameran UMKM di arena Kongres GAMKI, para pelaku usaha bisa mendapatkan pendapatan signifikan dari para konsumen yang datang dari berbagai daerah di Indonesia. Di satu sisi bisa menjadi ajang promosi bagi produk UMKM lintas Provinsi.