Bullying kini harus diterima Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, terkait batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20. Buntut pernyataannya yang turut menolak kehadiran Timnas Israel bertanding di Jawa Tengah. Â
Kolom komentar akun media sosial milik Ganjar ramai diserbu netizen tanah air untuk membully sang bakal calon Presiden pada Pilpres tahun 2024. Berbagai sorotan bernada kekecewaan ditumpahkan kepada sang Gubernur.
Ganjar sendiri kepada media massa menyampaikan dirinya siap diserang jika harus menjadi sasaran kekecewaan publik. Namun jangan ditujukan kepada anak dan istrinya. Ganjar tahu kalau saat ini publik lagi marah dan kecewa, dimana dirinya menjadi salah satu sasaran pelampiasan.
Bahkan sebagian pemain Timnas U20 turut berkomentar di akan medsos pribadi Ganjar, menyampaikan kekecewaan karena sudah membuyarkan mimpi mereka untuk berlaga di Piala Dunia di negara sendiri.
Walau berkomentar dengan gaya bahasa satire, tapi sejatinya bermakna menohok langsung ke diri Ganjar. Karena dianggap menjadi bagian atas batalnya Indonesia sebagai tuan rumah.
Tentu menjadi sesuatu yang ironi, saat skuad  Timnas U20 yang merupakan kaum milenial malah berani mengedukasi Ganjar soal mimpi dan cita-cita. Padahal selama ini sosok Ganjar menjadi role model bagi kaum milenial lewat eksistensinya di medial sosial termasuk YouTube miliknya.
Ganjar dinilai figur yang familiar karena selalu mengedukasi dan memberikan pencerahan bagi kaum milenial, tentang mimpi dan karya yang dimiliki oleh mereka baik secara offline maupun online.
Jika kemudian sang bakal calon Presiden itu yang kini disentil balik oleh skuad Garuda Muda soal mimpi mereka yang gagal diwujudkan, tentu sebuah introspeksi bagi Ganjar atas blunder yang dilakukannya.
Mengapa blunder? karena banyaknya bullying tersebut sebagai indikator, bahwa publik tidak menerima sikap Ganjar yang turut serta masuk dalam pusaran kontra narasi, soal penolakan kehadiran Timnas Israel.