Karena itu di desa perlu ada insan yang punya ketrampilan menulis yang sewaktu waktu dapat menyuarakan aspirasi masyarakat. Namun saya sadari, keterbatasan sumber daya manusia yang ada di desa. Maka dalam momentum seperti ini, saya yang harus mengambil alih menulis realitas lapangan tersebut
Peran Mulia 14 Tahun Kompasiana
Satu hal yang disebutkan dalam buku Komunikasi Pembangunan, bahwa komunikasi pembangunan menetapkan sumber komunikator adalah orang-orang terpilih. Yakni yang memiliki kelebihan dibanding dengan orang-orang yang dilayaninya. Baik dari segi pengetahuan, pengalaman, maupun dari keterampilan berkomunikasi.
Juga disebutkan dalam buku tersebut, bahwa pembangunan tidak mengenal kata akhir. Sepanjang kehidupan manusia masih berkekurangan lapangan kerja, perumahan pendapatan, pendidikan, kesehatan, dan jaminan sosial. Serta masih kekurangan kehidupan yang nyaman, sejahtera, bahagia dan berkelanjutan.
Â
Sebagaimana saya, kawan-kawan Kompasianer di daerahnya berdomisili, pasti juga masih menemukan kekurangan-kekurangan yang dimaksud sebagai sebuah realita. Tentu tanpa menafikan berbagai keberhasilan pembangunan di daerah mading-masing.
Seiring dengan momen HUT Kompasiana, saya ingin merefleksikan rentang waktu perjalanan Kompasiana dengan peran mulia yang diemban oleh seorang Kompasianer. Bahwa 14 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Kompasiana, hadir menjadi media untuk menyalurkan ide dan gagasan para Kompasianer dari berbagai perspektif dan dimensi.
Bahwa  menjadi tugas dan kewajiban bagi setiap Kompasianer untuk terus peduli serta berupaya mewujudkan cita-cita luhur dan mulia. Yakni melepaskan manusia dari jerat kemiskinan, kebodohan, eksploitasi dan kesenjangan. Dimana kesadaran untuk melepaskan diri dari kondisi demikian, memerlukan langkah strategis, dimana komunikasi  dan informasi turut berperan didalam.
Saya pahami kawan-kawan Kompasianer punya passion tersendiri dalam menulis artikel di Kompasiana. Tidak bisa dipaksakan untuk bisa menyentuh dimensi lain. Terbukti tidak semua topik pilihan yang dishare Kompasiana, direspon oleh Kompasianer lewat artikelnya. Termasuk saya sendiri kadang lalai menulis artikel topik pilihan.
Namun sekali lagi, bahwa realitas kesenjangan pembangunan adalah potret sehari-hari yang ada disekitar kita. Bahkan tidak menutup kemungkinan kita Kompasianer adalah bagian dari kesenjangan tersebut.
Disinilah kita perlu merenungi bahwa peran sebagai Kompasianer dalam meretas tantangan pembangunan sangat dibutuhkan. Kepedulian dan kontribusi kita dalam memberikan pencerahan di ruang publik atas berbagai problem kemasyarakatan dan kesenjangan pembangunan, adalah sebuah keniscayaan.
Â
Ketrampilan menulis yang kita milik adalah talenta yang tidak semua orang miliki. Maka mari kita konsisten memanfaatkan kelebihan talenta tersebut, untuk sebuah kemasyalahatan. Dalam momentum 14 Tahun Kompasiana, saya ingin tegaskan selaku Kompasianer kita semua telah berperan selaku komunikator yang mempuni, terhadap peradaban kehidupan yang lebih baik.
Selamat 14 Tahun Kompasiana. Terima kasih verifikasi saya sebagai Kompasianer Centang Biru. Salam sukses kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H