Senator Lukky Semen bersama istri Desiana Trisnawati Tobigo sendiri turut hadir dalam peletakkan batu pertama bersama Ketua Umum Majelis Sinode GKST dan Camat Pamona Puselemba. Batu pertama diletakkan pada sebuah lubang yang sudah digali di halaman rumah AC Kruyt Tentena.
Direncanakan Patung Tuhan Yesus Memberkati selesai dibangun pada tahun 2023. Adapun untuk patungnya sendiri dipesan dari pulau Jawa. Patung akan dibuat menghadap langsung ke tepian Danau Poso dan mengarah ke Kantor Sinode GKST. Serta berada tepat di depan Jembatan (Yondo) Pamona  yang sudah direvitalisasi.
Jika sudah terbangun nantinya, akan menjadi sebuah keunikan. Karena akan menjadi satu satunya Patung Tuhan Yesus yang tidak berada di ketinggian bukit atau gunung, namun di tepian danau dengan view landscape alam yang mempesona. Lokasi yang mudah dijangkau karena berada tepat di Kota Tentena. Â
Pesan Moral Pembangunan Patung
Adagium yang mengatakan, "sejarah adalah pelita kehidupan," rasanya relevan dengan upaya untuk menghidupkan Rumah AC Kryut sebagai destinasi wisata religi yang patut untuk dikunjungi.
Dimana pengunjung akan bisa berkontemplasi, bagaimana Tuhan sungguh memberkati rintisan penginjilan yang pernah dilakukan oleh AC Kryut selama melaksanakan tugasnya ditengah situasi masa lalu yang penuh tantangan.
Serta bagaimana dari rumah bersejarah tersebut, dimensi religiusitas bertumbuh dan menjadi peradaban kehidupan masyarakat di wilayah Pamona. Selanjutnya menyebar ke daerah lainnya di Sulawesi Tengah hingga Sulawesi Selatan. Tapak sejarah peradaban tersebut menyatu dalam sebuah Lembaga Keumatan bernama GKST.
Maka ini pula yang ditekankan Ketua Umum Sinode GKST, Pdt Djadaramo Tasiabe, dalam khotbahnya saat ibadah peletakkan batu pertama. Bahwa dalam membangun patung Tuhan Yesus Memberkati tidak sekedar membangun fisik semata, tapi terkandung pesan moral dan makna filosofi didalamnya.
Bahwa sejarah dari rumah AC Kryut adalah sejarah tentang eksistensi dan aktualisasi Syaloom Allah. Juga tentang dimensi  spiritualitas yang menuntun umat pada jalan kebaikan dan kebenaran. Dan spritualitas itulah sebagai pelita bagi kehidupan manusia.