Mohon tunggu...
Efrain Limbong
Efrain Limbong Mohon Tunggu... Jurnalis - Mengukir Eksistensi

Nominator Kompasiana Award 2024

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Lansia Itu Pasti, Mewariskan Kebaikan Itu Mutlak

12 Agustus 2022   21:30 Diperbarui: 12 Agustus 2022   23:06 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaum lansia saat mengikuti acara  pemberian bantuan . Doc Pri

Satu hal yang pasti bagi manusia selama hidup di dunia adalah menjadi tua atau lanjut usia (Lansia). Tak ada seorangpun yang tidak akan berubah menjadi lansia.

Perjalanan setiap insan manusia akan berada di fase lansia, jika masih diberikan panjang umur dari Sang Khalik. Inilah keniscayaan yang tak bisa ditampik. Bahwa kelak setiap orang akan menjadi lansia.

Boleh saja seseorang merasa diri awet muda, namun tak bisa mendustakan kalau sudah berada di fase lansia. Fase dimana manusia  berada dalam kerentaan, menikmati sisa umur sembari merenungi perjalanan hidup yang sudah dilalui.

Fase perubahan diri manusia dari anak-anak menjadi lansia, adalah perubahan yang dinamis, bukan statis. Dikatakan dinamis karena semakin berumur, fisikpun berubah. Kalau statis manusia akan stagnan di fase tertentu, misalnya terus terusan jadi anak anak atau remaja. Adakah yang demikian?

Maka bersyukurlah jika seseorang  diberi kesempatan untuk menjadi lansia. Diberi umur panjang untuk menikmati sisa hidup bersama keluarga dan orang orang tercinta.  Merasakan kebaikan dalam bingkai kebersamaan.

Berbahagialah lansia yang mendapat nikmat kebaikan dan kehangatan yang hakiki dari keluarga. Apakah itu cucu, anak dan menantu maupun kerabat lainnya. Hanya kebahagian tersebutlah yang didambakan di sisa hidup.

Pertanda masih adanya perhatian dan kasih sayang dari keluarga dan kerabat. Sebagaimana kasih sayang yang dulu ia  berikan saat membesarkan anak anaknya, hingga dewasa. Lalu menikah dan punya anak yang juga cucu.

Warisan Kebaikan dari  Lansia

Beruntunglah saya dalam tugas dan pekerjaan  mendampingi  Anggota DPD RI Senator Lukky Semen bisa bersua dengan banyak kaum lansia, diberbagai daerah di Sulawesi Tengah. Menyapa, mendokumentasikan dan berbagi kasih dengan mereka.  

Dari sini saya bisa melihat kebahagiaan lansia saat berkumpul bersama komunitasnya dan  menerima pemberian kasih dalam bentuk bantuan sembako. Melihat mereka pulang diantar keluarga, sembari membawa hasil pemberian yang digenggam dengan erat.  

Sukacita kaum lansia saat menerima bantuan. Doc Pri
Sukacita kaum lansia saat menerima bantuan. Doc Pri

Pemberian kasih yang diterima  mungkin nilainya tak seberapa. Tapi bagi lansia maknanya sangat dalam. Karena pemberian itu bisa berarti rasa cinta, penghargaan dan penghormatan. Ya mereka merasa dihargai dan dicintai di masa tuanya.

Sebagaimana dulu saat mereka memberikan sesuatu pada anaknya atau cucunya untuk menyenangkan hati mereka dengan penuh cinta. Pemberian yang tidak seberapa, namun dilakukan secara tulus ikhlas dan diterima dengan penuh kegembiraan.

Meneladankan kebaikan, itulah sejatinya yang diwariskan  kaum lansia kepada anak cucu semasa hidup. Kebaikan yang diberikan penuh pengorbanan dan tanpa pamrih. Kebaikan yang tak terbatas, hingga  melintas waktu dan peradaban. Hingga menjadi lansia sekalipun.

Bagi saya perjumpaan dengan lansia menjadi momentum spiritualitas. Dalam arti melihat aspek kemanusiaan dalam dimensi spiritualitas. Karena itulah momentum pemberian bantuan tidak sekedar seremonial semata, tapi sebuah pembelajaran hidup.

Ya pembelajaran tentang nilai nilai kebaikan atau kebajikan yang mutlak diwariskan untuk setiap generasi. Kapan dan dimanapun berada. Warisan tentang kebaikan adalah warisan moral yang sesungguhnya lebih mulai dan bermakna, dibanding warisan materi atau harta benda.

Dan guru tentang pembelajaran tersebut adalah kaum lansia sendiri. Merekalah yang telah sukses mewariskan kebaikan kepada anak, cucu dan kerabat. Mereka generasi terdahulu yang sudah berbuat kebaikan dirasakan oleh generasi berikutnya.

Turun temurun mewariskan kebaikan ditanamkan sampai relung hati terdalam. Maka ketika warisan itu terpulang kembali kepada mereka, sangat layak untuk mereka dapatkan. Sampai disini terkadang saya berkontemplasi di sela sela penyerahan bantuan.

Bahwa begitu berartinya perbuatan lansia dimasa lalunya untuk keluarga dan kerabat. Dan Tuhan tak menutup mata untuk setiap jasa besar dan bakti mereka  semasa hidup. Saya merenungkan kembali kebaikan orang tua saat membesarkan saya dengan kesempurnaan kebaikan yang diberikan.

Jika mereka sudah lebih dulu mengajarkan kebaikan, lalu kenapa tidak kita generasi sekarang melanjutkan apa yang sudah mereka wariskan. Karena sesungguhnya setiap pemberian yang kita berikan kepada lansia adalah potret diri, kelak kita pun akan seperti mereka.

Tak ada perbuatan baik atau kebajikan  yang sia sia. Sebuah pelajaran penting dari kaum lansia., bahwa setiap kebaikan yang kita tanamkan ada waktunya akan dituai. Kebaikan akan selalu datang dari segala arah, kapan dan dimanapun. Tak ada yang dapat menghalanginya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun