Ceremony Pembukaan Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) Nasional XIII tanggal 20 Juni 2022, benar benar menghadirkan nuansa kearifan lokal dari tuan rumah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Yakni hadirnya gaung harmoni keberagaman dari episentrum Candi Prambanan yang eksotis.
Ceremony Pembukaan tahun 2022 ini terasa istimewa, karena dalam sejarah perhelatan Pesparawi Nasional, baru kali ini digelar di sebuah situs sejarah yang dibangun pada abad ke 9 masehi. Candi Prambanan merupakan Kompleks Candi Hindu terbesar di Indonesia yang sudah sangat terkenal  di seantero dunia.
Menariknya tuan rumah pelaksana Pesparawi Nasional XIII yakni DIY, merupakan Kota Budaya dengan ciri khas yang paling utama adalah adanya Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Daerah ini meliputi dua Kerajaan yaitu Kesultanan Yogyakarta dan Pakualaman. Makanya ditunjuk sebagai Ketua Umum Pesparawi Nasional XIII yakni Wakil Gubernur KGPAA Paku Alam X.
Kehadiran insan insan Gerejawi se Indonesia di episentrum Candi Prambanan sebagai  komplek Candi Hindu terbesar, dalam gawean tuan rumah sebagai Kota Budaya dengan ciri khas Kesultanan Yogyakarta, tak pelak menggaungkan narasi harmoni keragaman yang hakiki. Dimana dari Yogyakarta tersampaikan pesan egaliter, bahwa inilah Indonesia yang menyatu dalam berbagai keberagamannya.
Pihak tuan rumah Yogyakarta, membingkai pesan mulia bahwa perhelatan Pesparawi Nasional tidak sekedar menjadi gawean milik umat Kristiani semata, namun juga menjadi milik umat lainnya ditandai dengan keterlibatan para tokoh dan elemen masyarakat lainnya di Yogyakarta. Terlebih dari tokoh Keraton Yogyakarta yang mengambil peran menyiapkan perhelatan Pesparawi secara baik.
Dari lapangan Siwa Candi Prambanan yang eksotis sebagai lokasi penyelenggaraan Cerermony Pembukaan, memberi amanat bahwa peradaban kehidupan umat manusia, telah berlangsung sejak lama. Itulah sebabnya dinamika peradaban manusia tidak harus menjadi sekat dalam membangun semangat kebersamaan, lewat keberagamannya.
Karena itu ketika Theme Song Pesparawi Nasional XIII "Senandung Indonesia Nacita" berkumbang dari kompleks situs Hindu terbesar di Indonesia tersebut, menandakan bahwa Pesparawi Nasional bukanlah event eksklusif, namun sebaliknya event inklusif yang menyertakan simbol dan narasi keberagaman di Yogyakarta.
Pun demikian ketika Ketua Umum Pesparawi Nasional XIII yakni Wakil Gubernur KGPAA Paku Alam X dan Gubernur Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X memberikan sambutan dalam Ceremony Pembukaan, menandakan pihak Kesultanan turut melebur dalam bingkai keberagaman.
Inilah bentuk aktualisasi sikap inklusif yang diperlihatkan pihak Kesultanan Yogyakarta kepada peserta Pesparawi Nasional yang datang dari seluruh Indonesia. Salah satunya kehadiran drumband penyambutan peserta ala Keraton Yogyakarta.
Narasi kearifan lokal dan keberagaman disebutkan secara gamblang oleh Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam sambutannya. Menurutnya dengan kehadiran peserta dalam momentum Pesparawi Nasional, akan dapat mengenal nilai budaya dan kearifan lokal Yogyakarta, sehingga terbangun kesadaran terciptanya hubungan antar masyarakat yang harmonis.
"Kearifan lokal dan keberagaman harus mendapat sentuhan utama dalam kehidupan masyarakat. Inilah buah pikiran dari sejak dari Sri Sultan Hamengku Buwono I. Dengan kesadaran ini, maka akan terbangun peradaban bangsa dengan warna warni toleransi yang terjaga baik," ujar Sri Sultan.
Wakil Menteri Agama H Zainut Tauhid Sa'adi turut memperkuat adanya pesan harmoni keberagaman dalan perhelatan Pesparawi Nasional. Bahwa dengan digelar Ceremony pembukaan di Candi Prambanan sebagai Candi Hindu terbesar, maka membuktikan idak ada sekat  antar umat beragama. Justru event ini menjadi jembatan dalam membangun kebersamaan yang dilandasi penghormatan dan penghargaan atas nilai nilai keberagaman.
Pesparawi Nasional juga memberikan makna ganda. Yakni secara internal membangun kerukunan antar insan gerejawi. Dan secara eksternal membangun kerukunan antar umat beragama yang majemuk. Inilah aktualisasi moderasi beragama yang sesungguhnya. Dimana sekat perbedaan dikesampingkan dan mengedepankan toleransi. Inilah sumbangsih terhadap wujud nasionalisme dan kerukunan beragama di Indonesia .
 Tak salah jika Yogyakarta disebut istimewa. Karena Ceremony Pembukaan dibuat istimewa dari situs sejarah peninggalan umat Hindu yang eksotis. Namun bukan hanya soal dimensi keagamaan, pilihan menggelar Ceremony Pembukaan di Candi Prambanan oleh tuan rumah Yogyakarta, hendak menampilkan destinasi pariwisata dalam momentum Pesparawi Nasional.
Sudah lama Yogyakarta dikenal memiliki destinasi wisata yang mempesona, salah satunya adalah Candi Prambanan. Eksotisme Candi Prambanan terlihat memukau dalam  Ceremony Pembukaan lewat sentuhan permainan warna warni lampu dari panggung utama yang didesain secara menarik.
Juga penampilan seni budaya kolosal dalam Ceremony Pembukaan yang menceritakan  kearifan lokal dan dan keagungan alam semesta karya cipta  Sang Ilahi, membuat undangan melebur dalam keindahan gerak tari, dalam balutan narasi dan alunan musik yang memukau. Pertunjukkan seni budaya dengan latar belakang Candi Prambanan dalan balutan kemilau cahaya lampu di malam hari, membuat suasana kontemplasi begitu terasa.
Bagi peserta Pesparawi Nasional yang datang ke Yogyakarta tentu tidak sekedar ikut berlomba, namun juga ingin merasakan denyut pariwisata Yogyakarta. Apalagi pasca pandemi dimana sektor pariwisata turut merasakan dampaknya. Dan Ceremony Pembukaan menjadi pembuktian Yogyakarta sebagai destinasi wisata religi, budaya dan sejarah yang menampilkan sisi keberagaman.
Kini ketika sektor pariwisata menggeliat kembali, Yogyakarta ingin menjadikan momentun penyelenggaraan Pesparawi Nasional untuk membangkitkan ekonomi masyarakat lokal lewat pariwisata. Hal tersebut disampaikan dalam sambutan KGPAA Paku Alam X sebagai Ketua Umum Pesparawi Nasional yang juga Wakil Gubernur DIY. Bahwa seluruh peserta akan mengikuti kunjungan ke destinasi wisata yang ada di Yogyakarta.
Semoga kesan dan pesan yang digaungkan dari episentrum Candi Prambanan bisa menjadi kontemplasi bagi insan gerejawi. Bahwa Pesparawi Nasional di Yogyakarta 20-26 Juni 2022 tidak sekedar ajang perlombaan dan silaturahmi antara kontingen se Indonesia.Â
Namun lebih dari pada itu, bahwa menjaga dimensi keberagaman menjadi tugas bersama sebagai umat beragama di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H