Siapa yang tidak senang melihat opa dan omanya mendapat perhatian dari orang lain, walaupun hanya pemberian sederhana. Siapa yang tidak merasa haru, jika dalam usia senja ada sukacita yang dirasakan kaum lansia.
Saatnya perhatian lebih kita tujukan kepada kaum lansia. Stigma keliru bahwa kaum lansia hanya merepotkan, harus dibuang jauh jauh. Jangan kita menjadi kaum antagonistik terhadap kaum lansia, hanya karena mereka berada diusia senja.
Buang jauh jauh paradigma mengapa hanya kaum lansia yang harus mendapat bantuan. Karena yang harus kita sadari, tanpa ada opa dan oma tidak mungkin ada anak dan cucu.
Kalau kemudian ada yang berempati kepada kaum lansia, itu timbul dari sebuah kesadaran hakiki. Bahwa kaum lansia menjadi bagian dari peradaban yang telah melanggengkan keberadaan lintas generasi anak bangsa.
Dalam berbagai kesempatan menjumpai lansia untuk penyerahan bantuan di daerah, terkadang ada rasa tidak enak melihat kaum lansia harus menunggu lama untuk bisa bertemu dan menerima bantuan dari Senator.
Namun menariknya tidak terlihat ada keluhan, bahkan tetap sabar menunggu hingga acara dimulai. Bisa jadi apa yang mereka terima menjadi sesuatu yang bermanfaat. Bahwa kaum lansia merasa diperhatikan, sehingga menunggu pun bukan sebuah persoalan.
Dari sini kita yang merasa sebagai orang muda, perlu belajar dari kaum lansia tentang arti kesabaran dan ketulusan. Juga tentang arti merawat relasi kemanusiaan, sebagai wujud tata pergaulan yang menempatkan kaum lansia sebagai insan yang layak dihormati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H