Apes benar nasib Negara Ukraina yang sudah mempertaruhkan geopolitik luar negerinya ke North Atlantic Treaty Organization (NATO). Berharap mendapat dukungan militer, ternyata ditinggal sendiri saat diinvasi negara Rusia.
Kenyataan pahit pun diterima Ukraina. Negaranya porak poranda diterjang serangan roket yang ditembakkan oleh militer Rusia. Selain itu sebanyak ratusan warga sipil tewas, akibat invasi mendadak negara yang dipimpin Vladimir Putin.
Belum lagi banyak warga Ukraina yang kini mengungsi keluar dari negaranya, untuk menyelamatkan diri dari serangan roket. Terhitung sekitar ratusan ribu warga yang pergi mengungsi menuju negara tetangga, seperti Polandia, Moldova dan negara lainnya.
Warga terutama kaum perempuan dan anak anak  yang tak berkendaraan, terpaksa memilih berjalan kaki sejauh puluhan kilometer ke negara tetangga, asal bisa terhindar dari invasi.
Bisa dibayangkan betapa menderitanya warga Ukraina terutama kaum perempuan dan anak anak akibat invasi yang dilakukan militer Rusia. Para manusia tidak berdosa itu, harus mencari selamat agar tidak tewas percuma.
Beberapa foto yang beredar di media sosial, memperlihatkan anak anak di Ukrania  berada di jalan memegang poster bertuliskan Stop War In Ukraine. Juga foto warga yang tengah mengungsi keluar dari ibukota Ukraina Kiev, menggambarkan adanya kecemasan dan kepanikan luar biasa akibat adanya invasi.
Sangat tragis melihat anak kecil di Ukraina meminta stop perang, tapi penguasa negara menutup telinga dan tetap menabuh genderang perang. Memangnya Vladimir Putin peduli dengan permintaan anak anak tersebut. Yang ada di kepalanya, Ukraina harus menyerah jika tidak ingin perang berlanjut.
Inilah pertaruhan beresiko geopolitik Ukraina yang memilih bergabung dengan NATO. Menjadi anggota NATO di beranda teritori Rusia, harus dibayar mahal dengan adanya puncak kemarahan Vladimir Putin yang tidak dapat menerima Ukraina bergabung ke NATO dimana Amerika Serikat sebagai sekutunya.