Lalu mengapa justru di Propinsi yang masuk kategori Kepulauan yang mengalami disparitas di berbagai sektor, justru Indeks Kebahagiaanya tertinggi. Inilah yang menarik untuk dicermati. Karena bukankah justru di daerah yang mengalami keterbatasan tersebut, masyarakatnya lebih tidak bahagia karena berhadapan dengan realitas yang menyulitkan dan penuh tantangan.
Bisa jadi jawabnya karena masyarakat sudah terbiasa menjalani kehidupan secara ikhlas dan pasrah bertahun tahun. Sehingga tidak lagi menjadikan medan yang berat serta wilayah yang sulit, sebagai sebuah problem. Disinilah kepuasaan hidup, perasaan serta makna hidup melebur menjadi satu dan memberikan kebahagiaan yang hakiki bagi mereka.
Dalam kunjungan ke pelosok daerah di Sulawesi Tengah yang mengalami keterbatasan sarana dan prasarana, saya menemukan adanya perjumpaan yang egaliter dan guyub dengan masyarakat setempat. Disinilah saya menilai bahwa keterbatasan, kesenjangan dan kesulitan tidak harus menggerus kebahagiaan masyarakat.
Bahwa masyarakat mempertanyakan adanya ketimpangan dan perlu mendapat perhatian dari pihak terkait, merupakan hal yang lumrah. Namun kesenjangan sebagai realitas tantangan yang harus dijalani tanpa harus mengeluh, itulah kenyataan hidup yang sehari hari dilakoni masyarakat. Â
Saya terkadang berefleksi melihat perjuangan masyarakat di wilayah Kulawi Kabupaten Sigi yang harus menggunakan kendaraan roda dua melewati medan sulit untuk membawa barang ke tempatnya. Demikian pula dengan masyarakat di wilayah Pamona Kabupaten Poso yang berjibaku dengan jalan rusak untuk bisa sampai ke daerahnya.
Pergumulan atas keterbatasan sarana dan infrastruktur tersebut sesungguhnya menjadi potret dari adanya disparitas di sejumlah daerah di Sulteng. Dimana masyarakat setempat sudah terbiasa menghadapi kondisi tersebut secara familiar. Baik yang ada di daerah kepulauan yang terjauh, maupun di pegunungan yang tidak bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat.
Dimana tidak alasan untuk mengeluhkan kenyataan yang ada. Dan tidak harus membuang energi untuk mencari cari kesalahan. Hidup harus terus berjalan, meski diperhadapkan berbagai tantangan. Tak ada alasan untuk tidak bersyukur dan bahagia, ditengah situasi yang penuh keterbatasan dan kesulitan.
Kita berharap Pemerintah Daerah Sulawesi Tengah tidak berpuas diri dengan capaian Indeks Kebahagiaan yang menempatkan Sulawesi Tengah di sepuluh besar Propinsi paling bahagia di Indonesia. Sebaliknya menggenjot pembangunan di daerah daerah yang mengalami keterbatasan sarana prasarana, agar aktivitas masyarakatnya menjadi lebih mudah.
Karena hasil survei BPS saja, tidak cukup untuk menjawab persoalan masyarakat di daerah yang mengalami keterbatasan sarana dan prasarana. Capaian kebahagiaan harus setimpal dengan kemajuan di berbagai sektor, lewat terobosan nyata yang memberikan dampak peradaban bagi masyarakat.