Sebagai warga Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST) ini untuk pertama kalinya saya bisa hadir ditengah perhelatan Sidang Sinode ke 47 yang digelar di Kecamatan Lembo Kabupaten Morowali Utara. Sidang Sinode yang digelar tanggal 11-14 November masih dalam situasi Pandemi, sehingga dilakukan dengan Prokes yang cukup ketat bagi seluruh peserta.
Kehadiran saya bukan sebagai peserta, sebut saja sebagai penggembira. Ya sebagai warga GKST yang turut bergembira karena penyertaan Tuhan yang begitu besar buat Lembaga Keumatan ini, sehingga bisa bersidang meski dalam situasi yang penuh tantangan.
Sebelum Sidang Sinode dihelat, telah diwarnai adanya "kampanye" terbuka baik melalui media sosial maupun perbincangan di tingkat jemaat, tentang beberapa figur yang nantinya akan berkontestasi sebagai calon Ketua Umum kedepan. Setidaknya ada sejumlah nama yang disebut sebut bakal menjadi kandidat dan dipilih oleh peserta yang berjumlah 600 orang yang bersidang secara onside dan online.
Sebagai sebuah Lembaga Keumatan Kristiani terbesar di Sulawesi Tengah, bukan hal tabu untuk mengkampanyekan calon Pemimpin Sinode GKST kedepan. Karena memang salah satu agenda Sidang Sinode adalah memilih Ketua Umum yang baru .Toh ditingkat Jemaat mana nama calon juga sudah intens dibicarakan.
Mencalonkan dan mendukung figur tertentu merupakan hal yang wajar. Asal saja dalam hal mengkampanyekan calon kandidat, terhindar dari hal yang bersifat meresistensi atau mendegradasi sesama calon. Atau dalam bahasa terkini disebut Kampanye Hitam atau Black Campaign. Â
Kita berharap peserta sidang Sinode dalam memilih calon Ketua Umum nantinya dengan mempertinbangkan Rekam Jejak yang dimiliki. Dengan kesadaran ini maka dipastikan kampanye tentang Kepemimpinan Sinode GKST akan lebih berkualitas dan terhindar dari praktek segregasi.
Lalu apa saja rekan jejak tersebut yang perlu menjadi bahan pertimbangan dalam memilih calon Pemimpin kedepan. Yakni meliputi Integritas, Leadership, Pelayanan, Wawasan dan Kemampuan Berjejaring dan Prestasi yang dimiliki.
Ini sekedar gambaran dari Rekam Jejak seorang calon yang bisa jadi tolak ukur Ketua Umum GKST yang ideal kedepan. Tidak menutup kemungkinan ada tambahan kriteria lain guna melengkapi rekam jejak tersebut. Sah sah saja asal tujuannya untuk  memperkuat aspek penilaian kapasitas seorang calon.
Harus diakui ditengah modernitas jaman saat ini, tantangan pelayanan GKST semakin kompleks. Bukan saja secara internal namun juga secara eksternal yang dapat berdampak terhadap eksistensi GKST dengan jemaatnya yang tersebar di berbagai tempat.
Secara internal sudah sering disebutkan tantangan yang dihadapi GKST yakni keberadaan jemaat jemaat yang mengalami keterbatasan dalam pelayanan. Kondisi kesejahteraan para Hamba Tuhan yang bertugas di daerah terjauh. Serta belum maksimalnya pengelolaan aset Sinode yang dapat mendukung kemandirian GKST.
Pun juga secara eksternal pengaruh globalisasi memunculkan dampak individualisme, materialisme dan ekslusifisme di kalangan jemaat. Pengaruh digitalisasi memunculkan dampak disrupsi dan posttruth yang bermuara pada terjadinya polarisasi berjemaat dan bermasyarakat.
Terhadap tantangan tersebut tidak salah jika Sidang Sinode selayaknya dapat menghadirkan Pemimpin yang dapat membawa kemajuan bagi GKST. Pemimpin yang dapat menjadi solusi terhadap kompleksitas pergumulan yang dihadapi GKST saat ini.
Bukan berarti Pemimpin sebelumnya tidak melakukan terobosan. Karena secara periodik pastilah ada report yang harus disampaikan Pengurus sebelumnya dalam setiap perhelatan Sidang Sinode. Report tentang apa saja yang sudah dilakukan dan yang belum. Ini penting agar Sidang Sinode punya referensi dan rumusan terhadap arah GKST kedepan.
Tentunya harapan besar ada dipundak Pemimpin baru kedepan dengan melihat keberadaan GKST dalam tiga dimensi sekaligus. Yakni Geopolitik, Geoekonomi dan Geostrategis.
Dalam dimensi Geopolitik keberadaan GKST penting dalam membangun iklim moderasi beragama bersama sama dengan Lembaga Keumatan lainnya di Sulawesi Tengah. Sekaligus secara bersama berperan dan bersinergi terhadap pembangunan daerah yang kondusif dan egaliter.
Dalam dimensi Geoekonomi, keberadaan GKST yang begitu besar dengan basis basis produktif jemaatnya diwilayah pedesaan  adalah potensi penyangga sektor ekonomi daerah jika dikelola secara maksimal. Ditambah lagi dengan aset Sinode merupakan prospek besar membangun kemandirian ekonomi. Â
Dalam dimensi Geostrategis keberadaan 26 Klasis yang tersebar di wilayah Sulawesi Tengah, hingga ke Sulawesi Selatan   merupakan potensi strategis dalam konteks kawasan produktif. Hal ini relevan dengan tekad Pemerintah Daerah untuk menjadikan Sulteng sebagai kawasan penyangga logistik dan industri bagi Propinsi lain.
Berpijak dari tiga aspek ini maka sangat wajar jika GKST membutuhkan figur Kepemimpinan yang memiliki rekam jejak mumpuni. Dimana dapat menjadikan dimensi tersebut sebagai peluang sekaligus potensi untuk memajukan Lembaga Keumatan GKST.
Kini berpulang kepada seluruh peserta untuk menjadikan momentum sidang Sinode sebagai pijakan untuk melakukan sebuah lompatan perubahan. Karena sejatinya GKST sudah harus mampu mengolah potensi besarnya yang memberi dampak positif bagi warga jemaatnya.
Disatu sisi GKST sebagai Lembaga Keumatan yang melakukan pembangunan iman spritualitas jemaatnya, di sisi lain membangun kapasitas jemaat yang siap menapaki modernitas jaman.
Â
Tadi iseng iseng kepada salah seorang peserta sidang, saya bertanya siapa Calon Ketua Umum yang kemungkinan akan terpilih. Setengah berbisik ia menyebutkan nama seorang calon. Saya hanya menganggukkan kepala terhadap nama yang disebutkan. Â
Selamat bersidang Sinode seluruh peserta. Tuhan memberkati
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI